[09] Pasar malam

100K 6.1K 608
                                    

Nama pasar malam mungkin sudah tidak asing lagi bagi sebagian orang yang mendengarnya, apalagi yang bisa dideskripsikan selain wahana-wahana dengan lampu disco disetiap sisinya, para muda-mudi yang berhilir mudik dan anak-anak yang berlarian kesana kemari.
Deretan stan makanan dari A sampai Z menghiasi luasnya lapangan dan berbagai penjual mainan tak kalah eksisnya. Tapi, yang paling menyeruak memenuhi indra penciuman Dara adalah aroma kelapa dan juga aroma telur dari martabak yang sedang digoreng.

"Wahh, Arga ini rame banget." Dara memandangnya dengan mata berbinar.

"Yuk masuk!" Arga meraih tangan Dara dan menuntunnya untuk masuk.

"Kamu mau beli apa?" tanya Arga.

"Gulali tapi makannya sambil naik bianglala ya?" senyum gadis manis itu tak luntur-luntur dari wajahnya.

Arga tersenyum. "Malam ini malamnya kamu, apapun yang kamu mau, kamu boleh memilikinya."

Setelah membeli satu buah gulali berbentuk hati, mereka segera membeli tiket dan menaiki bianglala, hingga wahana itu mulai bergerak naik ke atas lalu berputar ke bawah, terus seperti itu.

"Waww cantik banget!" Dara berdecak kagum melihat keramaian pasar malam dari atas, sesekali ia menyesap gulali yang teramat manis di tangannya.

"Mau di abadiin gak?" Arga menaik turunkan alisnya.

"Mau! Ayo Ga! Pake hape aku aja." Dara segera meraih ponselnya dari dalam tas, kemudian merapatkan dirinya ke samping tubuh Arga. Dan dengan sigap Arga memeluk pinggang ramping gadis itu.

Cekrek.

Ponsel pintar itu berhasil menangkap gambar mereka berdua. Dara yang sedang mencium gulalinya dan Arga yang sedang mencium pipi kirinya. Dan satu poto lagi yang sedang kompak memasang dua jari membentuk huruf V, dengan latar belakang keindahan lampu disko yang kerlap-kerlip dalam gelapnya langit, semakin menyempurnakan foto mereka berdua.

Dara tersenyum lebar mengamati hasil fotonya, sungguh, ini akan menjadi momen yang tak 'kan pernah ia lupakan.

"Jangan lama-lama liat hape-nya nanti aku cemburu," seru Arga.

Dara memutar bola matanya. Si Arga nih, masa sama hape aja cemburu? Ck.

"Udah yuk, kamu mau naik apalagi?" Arga menggenggam lembut tangan Dara, setelah akhirnya keluar dari wahana bianglala.

"Enggak Ga, aku mau beli makanan aja," ucap Dara tanpa mengalihkan tatapannya dari gulali yang tak kunjung habis.

                                  ***

Lima belas menit yang lalu Arga mengantarkan Dara pulang, dan sekarang Dara sudah duduk cantik di rumahya. Ia sedang membaca sebuah novel ini ber-genre romantis kesukaannya.

Di tengah keasikannya merasakan sensasi cerita, tiba-tiba saja perutnya berbunyi, sepertinya Dara lupa membeli cemilan untuk malam ini, dia hanya menikmati beberapa makanan dan langsung habis saat di pasar malam tadi.

Dara menaruh novelnya ke atas meja, kemudian meraih jaket abunya dan segera memakai sandal jepit, ia pikir ia harus membeli snack ringan dan minuman botol untuk menemaninya membaca malam ini.

Tujuan utamanya adalah minimarket, karena kawasan rumahnya tak terlalu jauh dari tempat belanja, jadi dengan jalan kaki saja tidak akan membuatnya lelah, itung-itung olahraga.

Dara mendorong pintu yang terbuat dari kaca itu dan masuk ke dalamnya, tanpa basa-basi lagi ia mulai memilih-milih berbagai jenis snack kesukaannya, yang dirasa enak dilidah ia ambil, dan yang menurutnya tidak menarik ia tak ambil.
Setelah selesai membayar belanjaannya ke kasir, Dara meraih kursi yang disediakan khusus di dalam sana, ia membuka tutup botol dan meneguk minuman rasa jeruknya. Matanya menyapu setiap sudut ruangan ber-AC itu.

Sedetik kemudian, ia mendengar suara derit kursi yang digeser, Dara menengok arah samping. Seorang pria remaja tengah duduk disana. Pria itu sangat tampan dengan balutan jaket hitam di tubuh kekarnya, sepertinya ia masih SMA seperti dirinya.

"Apaan lo liat-liat? Naksir?" serbu pria itu tiba-tiba.

Dara tercengang, ia ketahuan tengah meliriknya, memalukan!

"Geer amat si." Mulutnya kembali meneguk minuman yang masih penuh.

"Dasar Unyil."

"Uhukk, uhukk." Dara tersedak sekaligus shock. Minuman yang sudah masuk ke mulutnya seketika tersembur keluar, bagaimana mungkin pria itu mengatainya si Unyil? Jelas-jelas dia tidak pendek alias tinggi bak model internasional.

"Kenapa lo ngomong gitu, hah?! Enak aja lo kira gue tuyul! cantik-cantik gini dikatain Unyil," sewot Dara tak terima.

"Wow, santai dong. Gue bukan ngatain lo, ini gue gak sengaja liat ada cewek Unyil di beranda IG gue." Pria itu meneguk spritnya dengan kasar sambil menggerakan jarinya menarik ulur laman instagram.

Dara segera berdiri dari duduknya dengan wajah penuh kejengkelan.

"Bilang aja mau nyindir! Dasar kutil nyebelin! Mati aja sana!" cecar Dara.

Baru saja pria itu akan membalas ucapan Dara, namun Dara sudah melangkah pergi sambil menghentak-hentakkan kakinya.
Pria itu menatapnya sambil tersenyum tipis.

"Manis amat si."

***

"Enak aja gue dikatain Unyil, apa iya kali ya?" Dara memeriksa tubuhnya sendiri dari bawah sampai atas. Nggak kok, meskipun ia hanya menggunakan sandal jepit dan piyama bergambar kucing, tapi sama sekali tak membuatnya kelihatan seperti si Unyil. Tubuhnya bahkan melebihi tinggi tubuhnya Megan.

"Ahh masa bodo, orang gak kenal juga ngapain dipikirin!" ceroscos Dara panjang lebar, hingga tak sadar kalau ia telah sampai di depan rumahnya.

"Huh, gue kangen banget sama Mami juga Papi, apalagi kak Dava. Mereka lagi ngapain ya? Ahh, palingan lagi kerja."

Dara memijit pelan pelipisnya, ia sangat merindukan keluarga kecilnya yang sedang mencari nafkah di luar negeri. Mereka hanya pulang setahun satu kali.
Bukan mereka tidak menyayangi Dara, mereka sangat menyayangi anak bungsunya yang berjenis kelamin perempuan itu, tapi Dara lebih memilih menetap di Indonesia karena ingin belajar mandiri.

Di tempat lain ...

Tok! Tok! Tok!

"Bentar!" Arga yang sedang mengganti bajunya segera melangkah lebar ke arah pintu dan membukanya.

"Apa kabar bro?" Orang itu tersenyum girang.

"Eh elo? Kenapa lo gak bilang mau pulang kesini? Kan gue bisa jemput." Arga bertos ria ala cowok dengan orang itu.

"Sebenarnya gak niat sih, cuma tiba-tiba pengen aja. Udah kangen juga sama suasana Indonesia dan juga lo."

"Ken lo duduk dulu, gue mau ambil minuman," titah Arga seraya beranjak pergi ke ruang dapur.

Sedangkan kenzi yang sudah teramat lelah pun segera melemparkan jaket tebalnya asal, ia jadi mengingat kejadian beberapa menit lalu saat di minimarket. Bertemu dengan gadis yang blak-blakannya minta ampun. Niatnya hanya ingin bercanda, tidak menyangka dia akan kena semprot begitu.

"Woy, lo kenapa ngelamun aja?! Awas lo nanti kesambet setan!" Arga menaruh dua botol minuman bersoda di atas meja kemudian duduk di samping Kenzi.

"Gemes banget si jadi pen gue makan."

Arga mengernyit heran, ia melihat Kenzie yang sedang memeluk bantal sofa dan senyam-senyum sendiri seperti orang bodoh.

"Woy! Sadar woy!" Arga menarik-narik rambut pendek Kenzi.

Kenzi yang tersadar pun menatap sinis pada Arga, "ganggu aja lo!"

"Lagi berkhayal apaaan lo sampe senyam-senyum kek orang gila gitu, hih najis." Arga meraih minumannya dan meminumnya.

"Kepo aja lu, gue tadi ketemu cewek manis banget ... jadinya pen gue makan," ujar Kenzi sambil meremas bantal sofa dengan gaya geregetnya.

"Serah lu dah, lebih manisan cewek gue kemana-mana!"

Arga menghidupkan ponselnya, membuka aplikasi mobile legends dan mulai memainkannya.

To be continued...

Please give me VOTE guys❤

My Psychopath (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang