[32] Ray Ketemu!

45.8K 2.8K 22
                                    

"Sayang aku pulang ..." Arga membuka pintu masuk dan melepaskan dasinya yang sudah basah karena terkena air hujan.

Jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam, di luar hujan turun semakin deras. Arga mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah, kenapa tidak ada sahutan dari Dara ataupun Ray? Apa mereka sudah tidur? pikirnya.

"Sayang?" panggil Arga lagi.

"Tuan! tuan ...!" Bi Sari berlari tergesa-gesa dari arah belakang. Sepertinya wanita paruh baya itu habis melindungi diri dari suara petir yang membahana.

Arga mengerutkan keningnya heran. "Kenapa bi?"

"Non Dara tuan, Non Dara sama Den Ray belum pulang-pulang." Bi Sari menitikan air matanya. Walaupun ia hanya berstatus sebagai pelayan di rumah ini, tetapi keluarga Dara sudah seperti keluarganya sendiri.

Arga diam tak bergeming, otaknya mencoba mencerna ucapan bi Sari dengan teliti.
Tak lama kemudian ia segera membuka pintu dan memasuki mobilnya kembali.

Laju mobil yang dikendarai Arga sangat mencolok di sepanjang jalan, ia berusaha keras untuk menambah kecepatan mobilnya, tapi keadaan hujan sangat menganggu penglihatannya. Hatinya berdesir panas, jantungnya terasa copot di tempat saat mendengar istri dan anaknya hilang begitu saja.

Arga mengerang frustasi, ia menonjok kuat setir mobil hingga tangannya gemetar. Mobilnya harus berhenti sejenak dikarenakan lebatnya hujan yang tak memungkinkan, bagaimanapun juga ia tidak boleh gegabah, ia tidak ingin mati begitu saja meninggalkan anak istrinya.

"Ray, Dara, kalian kemana?" desah Arga.

Saat tengah berusaha fokus mencari celah jalanan yang aman, ekor matanya tak sengaja melihat seorang wanita yang tengah duduk di dekat tiang listrik. Arga bisa melihatnya meskipun terlahang jutaan air hujan, ia tidak mungkin keliru jika menyangkut orang yang paling dicintainya.

Arga menghentikan mobilnya, ia berlari secepat mungin menyebrangi jalanan yang sudah sepi hingga akhirnya berhasil sampai ke sana, lantas ia menarik kuat tubuh wanita yang sedang terisak itu dan memeluknya erat.

"Ray ..." Hanya itu, hanya itulah yang sedari tadi keluar dari mulut Dara, ia menautkan tangannya di pinggang Arga, berusaha untuk melupakan segala kesedihannya.

Tanpa banyak kata lagi Arga segera menggendong wanita itu dan memasukannya ke dalam mobil, Arga dapat merasakan tubuh Dara yang menggigil. Mungkin efek kehujanan terlalu lama dan berlari kesana-kemari mencari Ray tiada henti.

"Ray ..."

"Kita cari bareng-bareng, tapi untuk sekarang, kita harus pulang dulu. Keadaannya gak memungkinkan, nanti kita bicarakan di rumah." Arga menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang. Sedangkan Dara, ia sudah tak sanggup lagi untuk bersuara.

***

"Cerita," titah Arga. Dirinya masih setia memeluk tubuh Dara yang tengah terisak di dada bidangnya.

Dengan nada yang lemah Dara menceritakan semuanya dari awal. Arga hanya diam mendengarkan, pikirannya bergelut begitu keras, kemana Ray pergi? Siapa yang nyulik Ray? Kenapa ini bisa terjadi? Batinnya menerka-nerka.

"Sttt, udah. Besok kita hubungi polisi dan sama-sama cari Ray, aku gak tau kenapa ini bisa terjadi, Kenapa Ray bisa hilang?" desah Arga seraya mengecup hangat puncak kepala istrinya.

"Enggak! Aku gak mau cuma duduk aja di sini! Aku mau cari Ray!" Dara berusaha bangkit dari duduknya, namun dengan cepat Arga menariknya kembali hingga perempuan itu tak berdaya.

Untuk seorang ibu, kalian pasti mengerti posisi yang tengah dialami Dara saat ini, meskipun ada banyak sekali kata-kata mutiara atau penyemangat yang berusaha menenangkannya, tetapi perasaan batin tidak akan bisa dibohongi, dia hanya butuh bukti.

My Psychopath (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang