[06] Insiden

107K 7K 992
                                    

'THE ACARIYA'

Di sinilah Dara berada sekarang, The Acariya-salah satu hotel bintang empat-yang berlokasi di Jakarta Utara.

Dara berdecak kagum, ternyata bukan hanya namanya saja yang cantik, fasilitasnya pun tak kalah cantik.

Setelah membereskan pakaiannya ke dalam lemari, Dara menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, tubuhnya terasa remuk redam setelah berjam-jam duduk di dalam taksi. Dari mulai udara yang panas dan suasana bising dari penggunaan jalan lainnya, ditambah lagi kemacetan kota Jakarta yang semakin membuat dadanya sesak.
Gadis itu mengambil handphone-nya dari dalam tas, hal pertama yang ia dapat adalah spam dari kekasih kejamnya, Arga.

101 panggilan tak terjawab dan 20 pesan belum dibaca. Gila!

Dara membuka aplikasi room chat berwarna hijau dengan perasaan panas dingin.

Babe😘
P
Dar!
P
Baby
Aku ke rumah kamu!
Daraaa
You make me angry!
Bales atau ...
Pisau menari di tubuh kamu!
Sayang jangan buat aku khawatir!
Pliss Dar
Oke fine, kamu berhasil buat aku marah.

Dara menghembuskan napasnya gusar, ada rasa takut juga saat membaca pesan tersebut. Itu pesan, peringatan, atau teror?!

"Aduh, kok gue merinding gini ya. Apa gue balik lagi aja kali ya? Arga pasti marah banget sekarang. Tapi masa harus balik lagi 'kan udah capek-capek dateng ke sini, sayang juga uangnya udah masuk."

Dara memejamkan matanya dalam-dalam, memijit lembut pelipisnya yang terasa pening memikirkan ini semua. Hingga tak terasa, lama-kelaman ia tertidur dengan sendirinya.

***

Argghhh, pyarrrr tringgg!

Arga membanting semua isi kamarnya, cermin yang terpasang sempurna kini hancur berkeping-keping, semua barang-barang telah berceceran di atas lantai. Kamar yang tadinya rapi kini menjelma jadi kapal pecah.

"DARAAA ...!" Arga bangkit dari duduknya dan segera menuruni anak tangga tak sabaran.

"Bruno! Kenzo! Sini kalian!" teriak Arga menggelegar.

Tak lama kemudian dua orang pria berbadan kingkong datang menghampirinya. Mereka berdua adalah antek-anteknya Arga.

"Gimana?" Arga menatap nyalang kedua anak buahnya yang sedang membungkuk hormat. Menanti jawaban yang benar-benar ia harapkan.

"Ma-maaf bos saya belum menemukan jejak apapun," suara Kenzo bergetar. Lihat kan, manusia berotot seperti Kenzo saja takut jika dihadapkan dengan sosok Arga.

Blesss.

Satu buah pisau tertancap sempurna di perut kekarnya. Seketika itu juga Kenzo limbung dan darah segar merebes keluar.

"Kau?" Arga mengalihkan tatapannya pada Bruno.

"A-anu bos, ma-maaf saya--"

Jlepp.

Satu pisau menancap lagi di tubuhnya, kali ini dibagian dada kiri pria itu, dan tanpa menunggu detik apalagi menit, Bruno akhirnya berteriak dan tumbang menyusul Kenzo yang mungkin sudah otw diintrogasi malaikat.

Arga membantingakan pisau yang penuh darah itu hingga terbanting jauh dan menciptakan cipratan-cipratan kecil di atas lantai ruangan. Psikopat itu melangkah keluar dengan tergesa-gesa dan menaiki mobil sport-nya. Sepertinya, dia memang harus selalu melakukan semuanya sendiri.


***

"Wuahh, bagus banget si pemandangannya, gak bisa di sia-siain nih, sayang banget."

My Psychopath (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang