Sesuatu hal yang lumrah adalah saat kau telah menikmati sensasi liburan dan saat kembali pulang ketidak stabilan tubuh yang kau dapat. Seperti yang dialami oleh Dara saat ini, tubuhnya agak drop meski tidak terlalu. Tetapi, karena Dara adalah tipikal orang yang tidak ingin ribet dengan hal-hal kecil, jadi ia tetap memaksa untuk pergi sekolah. Sayang jika satu pelajaran saja ia tinggalkan.
Hari ini ia diantarkan oleh Dava, setelah berpamitan, gadis itu langsung masuk ke dalam kelas.
"Dar, lo minum gih. Muka lo pucet," Megan menyodorkan sebotol air mineral, tingkat kepekaannya sangat tinggi dan tidak melenceng salah. Hanya dengan melihat lingkaran hitam di bawah mata dan warna biru di bibir sahabatnya itu, ia langsung paham.
"Thanks," ujar Dara tak bersemangat seraya menerima botol air tersebut.
Baru saja ia akan meminumnya, namun rasa mual tiba-tiba menyerangnya, perutnya terasa dikuras dan tenggorokannya tercekat, tanpa aba-aba lagi Dara bangkit dan berlari secepat kilat meninggalkan kelas. Megan yang melihat itu tambah khawatir dan memilih pergi untuk mencari obat.
"Uwekk, uwekk." Dara membasuh wajahnya dengan kasar,"sakit banget perut gue."
"Lupa makan lagi?"
Gadis itu tersentak seketika, dengan kepala yang sialnya terasa berat, ia menoleh ke belakang dan langsung mendapati Arga yang tengah menatapnya dengan tatapan datar. Tak lama setelah itu Arga mendekat dan memijit tengkuknya penuh perasaan.
"Kayaknya gitu, kemarin aku gak makan nasi," kata Dara jujur. Toh, meski ia tak mengaku cowok itu akan tetap mengetahuinya.
"Harus berapa kali dibilangin?! Makan! Aku gak mau kamu sakit Dara!" Arga menggeram, merasa muak karena perintahnya selalu dianggap angin lalu oleh gadis itu. Padahal, niatnya baik tak ingin Dara sakit.
"Iya Maaf, kayaknya ini juga udah mulai baikkan kok." Tak ingin terbawa lebih jauh ke dalam perdebatan garing itu, Dara memilih hal demikian. Mengatakan maaf adalah jalan terakhirnya.
"Itu karena aku yang mijitin." Tanpa diduga, Arga meraih pundak Dara agar menghadap padanya sepenuhnya, untuk beberapa detik iris hijaunya menatap lekat manik Dara, mengamati keadaan gadis itu lebih intens, ternyata memang benar, wajahnya yang pucat sudah cukup membuktikan ketidak sehatan sang pacar.
"Belaguuu," ejek Dara seraya memasang tampang muak.
"Belagu juga kamu mau." Alih-alih memperpanjang obrolan, Arga malah menghirup aroma khas dari kulit leher kekasihnya, membuat sang pemilik menggelinjang kegelian.
"Ih udah! Ini toilet cewek, nanti ada yang datang." Dara berusaha menyingkirkan kepala cowok itu dari batang lehernya, dia masih sayang pada kesehatan jantungnya yang saat ini tengah menggila di dalam sana. Ohh Come'on! Kenapa tubuhnya benar-benar sensitif? Mendapat sentuhan seujung kuku dari Arga saja efeknya sungguh gila.
"Eh iya ya, ini toilet cewek, keliatanya disini sepi ... kamu nggak ada niatan buat ... 'Sesuatu' gitu?" Bisik Arga dengan suara rendah, ahh sepertinya si psikopat ini minta digampar oleh asbak.
Dara melotot lebar, reaksi alamiah saat tangannya sontak terangkat tinggi dan bersiap untuk memukul kepala kotor cowok di depannya. Bukan apa-apa, dia hanya malu. Ayolah, dia hanya malu. Bukan emosi.
"Kamu lupa siapa aku? Hm?"
Dara yang melihat air muka Arga berubah pun segera menarik kembali tangannya yang sempat melayang, ia menelan ludahnya gugup saat kesadaran mulai kembali, dalam hati ia merutuki Kecerobogannya sendiri. Kenapa tiba-tiba dirinya seberani itu tadi? Lihatlah, karena keberanian sialannya itu dia jadi masuk ke dalam mode bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath (Terbit)
Teen FictionPosesif adalah caraku mencintaimu, agar kau tetap ada di sampingku dan tidak pergi dari hidupku🔪 #1 in possessive, 10 Juni 2020 #1 in acak, 15 Juni 2020 #1 in fiksiumum, 15 Juni 2020 #1 in mati, 17 Juni 2020 ©Nabilarahma