[29] Ngemall berdua

53K 3.1K 53
                                    

Berita kematian Elbert Regara menyebar pesat ke seluruh penjuru kampus, perkantoran, dan tempat-tempat perbisnisan lainnya.
Bagaimana tidak, Elbert adalah dosen sekaligus sosok yang dikagumi banyak orang karena sifat humble dan kebaikannya yang tak pernah absen.

Keluarga, rekan, dan mahasiswa di kampus pun begitu shock atas kabar tersebut. Mereka berbondong-bondong datang ke rumah duka untuk mengucapkan bela sungkawa. Termasuk Dara, sebagai salah satu anak didik beliau, Dara akui ia betah mengasah ilmu bersama Elbert. Tapi ternyata, hal itu tidak belangsung lama.

Dara menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa, ia memijit pelan pelipisnya yang terasa pening. Matanya sudah sembab dan wajahnya begitu pucat. Mungkin efek kebanyakan menangis.

"Makanya jangan nangis, jadi pusing 'kan."

Dara mendelik tajam pada Arga, bagaimana bisa ia tidak menangis sedangkan gurunya baru saja meninggal.

"Ray dimana?"

"Ikut sama Bi Sari ke rumahnya," balas Arga seraya membantu Dara memijit pelipisnya.

"Tidur aja dulu, nanti kalo udah baikan kita keluar."

Dara mengangguk kemudian beranjak pergi ke kamarnya. Sungguh, semua ini membuatnya pusing, lebih tepatnya shock, kemarin siang pria itu masih berkunjung ke rumahnya, tapi saat malam menjelang, ia dinyatakan tewas.

****

"Bersihkan semuanya dan jangan sampai meninggalkan jejak apa pun."

"Beres bos, saya jamin, besok pagi beritanya muncul di TV."

"Kenapa besok?" tanya Arga tak suka.

"Aduh bos, masalahnya kasus ini gak segampang kasus pembunuhan langsung, polisi udah nyebar dan bukti pasti sebentar lagi ditemukan sama mereka, saya butuh waktu untuk membersihkan jejak yang ada."

"Hm, buat semuanya percaya kalau kebocoran bensin itu cuma kecelakaan bukan kesengajaan yang direncanakan."

"Siap bos. Malam ini juga saya bertindak," ujar pria berkaca mata itu dengan mantap.

Arga mengangguk dan melangkah masuk ke dalam rumah setelah menyerahkan sekoper uang pada pria tadi. Tentu, untuk menghilangkan bukti bahwa dirinya adalah dalang di balik kecelakaan Elbert.

****

Sesuai rencana, sekarang Dara dan Arga akan pergi keluar untuk menyegarkan otak yang sudah macam es campur. Maka dari itu, cuci otak sangat dibutuhkan agar manusia tidak setres.

"Udah siap belum?" tanya Arga di ambang pintu.

Dara yang tengah menyemprotkan parfum vanilla ke tubuhnya menoleh. "Udah nih."

"Ya udah yuk." Arga mengulurkan tangannya dan menggandeng Dara keluar rumah.

Lagu barat milik penyanyi terkenal menjadi pengantar merdu pejalanan Arga dan Dara ke pusat perbelanjaan terbesar di kota Depok. Pelan namun pasti, Dara sudah mulai melupakan kejadian yang membuat kepalanya pusing, terbukti dari mulutnya yang sudah membeo ini itu seperti biasa dan tentu saja hal itu membuat Arga senang.

My Psychopath (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang