Kini Dara dan Arga sudah tertancap di halaman belakang, tempat terpencil yang selalu mereka gunakan untuk melepas rindu. Murid lain tidak ada yang berani pergi ke sana, alasannya hanya satu, angker. Entah dari mana mereka termakan berita seperti itu, padahal menurut Dara tempat ini sangat sejuk dan menenangkan hati.
"Sayang kamu gapapa 'kan?"
Dara yang sedang melamun pun tertegun oleh suara Arga, ia menoleh dan tersenyum manis. "Gapapa."
Dalam diamnya, otak Dara tengah berputar-putar memikirkan sesuatu yang sejak kemarin terus mengganggu ketenangannya. Dengan kegugupan yang tiba-tiba menyerang, Dara akhirnya membuka mulut dan bersuara, "Arga ... aku boleh nanya sesuatu gak?"
"Nanya apa?"
"Umm, soal kematian Varo ..." sedikit memberi jeda atau dirinya tak sanggup melanjutkan, Dara tampak ragu untuk mengungkapkan pertanyaannya yang tinggal setengah.
Arga yang sedang fokus memainkan mobile legends pun mendongkakkan kepala dan menghentikan kegiatannya.
Ia mendekati Dara yang sedang bersender pada pohon besar dan menatap lekat paras cantik itu. Saking dekatnya Dara bisa merasakan hembusan napas Arga yang menghangat di permukaan wajahnya, Dara memejamkan mata dan meremas roknya dengan gelisah.
Tanpa disadari, sesuatu yang kenyal menempel di bibir tipisnya, gadis itu membelakakkan mata saking terkejutnya.
Sedetik kemudian Arga menyelusupkan wajah maskulinnya ke samping wajah Dara dan berbisik."Dara, manusia memiliki batas usia masing-masing, Tuhan pun punya tanggal main sendiri untuk mengambil nyawa mahluknya, jangan mentang-mentang aku psikopat, kamu jadi punya tugas buat jadi detektif dan menaruh curiga sama aku," terang Arga dengan suara rendah.
Dara memejamkan matanya kala merasakan napas Arga semakin memburu di garis lehernya. "Maaf ya Ga, aku udah salah ..."
"Iya gapapa, asal jangan lagi."
Dara mengangguk cepat menanggapi ucapan Arga yang menurutnya cukup bersahabat itu.
"Mau ke kelas?" tawar Arga setalah dia mendongakkan kepalanya ke atas dan merasakan sesuatu yang basah menerpa keningnya.
Dara mengangguk antusias sambil tersenyum kecil. Akhirnya, ia akan kembali ke sarangnya, duduk di pinggir jendela kelas dengan jajanan-jananan ringan yang akan memanjakan lidahnya dan candaan garing dari kedua sahabatnya.
Dua anak manusia itu pun bangkit meninggalkan tempat yang menjadi saksi kebersamaan mereka.
Karena kelas Arga dan Dara berbeda, jadi saat belokan sudah terlihat keduanya harus terpisah dan berjalan sendiri menuju kelas masing-masing. Di sepanjang lorong, telinga Dara sudah sangat panas oleh gosip-gosip yang tengah menceritakan kabar kematian Varo, rupanya satu sekolah sudah tahu mengetahui hal itu. Tidak ada yang bisa Dara lakukan selain menunduk dalam rasa bersalahmya, meskipun Arga mengatakan kalau bukan dia yang melakukannya, tetapi entah kenapa hati Dara menyangkal semua itu. Ia merasa sangat yakin kalau kematian Varo adalah permainan Arga, secara mengingat kemarahannya pada Varo tempo hari membuat Dara semakin yakin akan kecurigaannya.
"Lo ngerasa ada yang aneh gak si?"
"Aneh gimana?"
"Lo inget gak, seminggu yang lalu, waktu si anak cupu pergi ke belakang sekolah dia gak baik lagi, dan besoknya dia dikabarin meninggal."
"Oh iya gue inget. Btw, pas dua hari setelah kematian si anak cupu itu, kapten basket kita juga diklaim mati gitu aja."
"Kak Carlon maksud lo?"
"Iya, seinget gue dia itu habis ngasih air minum sama si Dara karena tu anak kelihatan pucet, eh malemnya dia koit."
"Bener juga ya, kenapa setiap yang meninggal itu pasti habis bersangkutan sama si Dara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath (Terbit)
Teen FictionPosesif adalah caraku mencintaimu, agar kau tetap ada di sampingku dan tidak pergi dari hidupku🔪 #1 in possessive, 10 Juni 2020 #1 in acak, 15 Juni 2020 #1 in fiksiumum, 15 Juni 2020 #1 in mati, 17 Juni 2020 ©Nabilarahma