[23] Squad Bar-Bar

79.5K 3.9K 173
                                    

Pukul 14.02 waktu setempat. Artinya, siang sudah menjelang dan langit semakin terang benderang.

Rumah bergaya minimalis milik Arga dan Dara masih terlihat sepi, hanya suara denting jam dan suara pakaian yang dicuci oleh bi Sari saja yang menghiasi kediaman tersebut.

Klek

Sesosok wanita cantik muncul di ambang pintu dengan keadaan yang tak enak dipandang, rambut lepek, wajah kusut, dan keringat yang membanjiri pelipisnya.

Dara melangkah gontai dengan mata sayu dan tenaga yang kurang fit, hari ini ia benar-benar sial, saat di kampus dirinya mengantuk, ada tugas tambahan, skripsinya diremidi, pulang naik ojek dan mogok di tengah jalan plus cuaca panas yang semakin membuat hatinya panas.

Saat melewati ruang tamu, ekor matanya tak sengaja melihat sesosok mahluk kecil yang tengah duduk menyender di sofa ruangan. Wajahnya kecut dan tangan yang terlipat sempurna.

'Apa lagi ini?'

Dara melangkah ke arah Ray dan menghempaskan tubuhnya di samping anak itu, sekejap ia memijit pangkal hidungnya kemudian kembali menatap Ray dan mengusap rambut hitamnya. "Ray kenapa?"

Masih dengan wajah merenggutnya, Ray tidak menggubris pertanyaan sang Mami.
Melihat semua itu Dara hanya bisa menghela napas panjang, ia kembali menyenderkan punggung dan kepalanya yang terasa sangat berat. Bukan tak ingin berusaha untuk memahami Ray, tapi untuk saat ini ia sedang dilanda rasa lelah. Kini, keduanya sama-sama dalam mode diam.

Tap tap tap

Suara langkah kaki yang terdengar nyaring itu seakan hanya ilusi untuk Dara dan Ray yang masih setia dengan pikirannya masing-masing. Sampai beberapa detik kemudian mereka merasakan guncangan cukup kuat di samping mereka.

Dara membuka kedua matanya dan melihat Arga yang baru saja menjatuhkan tubuhnya di sofa, tepatnya di samping Ray. Sekarang, bukan hanya Dara dan Ray saja yang galau, Arga pun kelihatannya sedang ada di fase yang sama. Pria itu memijit pelan pangkal hidungnya yang memerah sambil membiarkan kepalanya bertengger di sandaran sofa.

Selang beberapa menit, saat dirasa rasa lelahnya sedikit berkurang, Arga membenarkan posisi duduknya supaya tegak dan menatap Dara juga Ray bergantian. "Kalian kenapa?"

"Capek," jawab ibu dan anak itu bersamaan.

Arga mengangguk dan membuka jas hitamnya yang terasa sangat menyiksa setengah hari ini. Ia meraih segelas air putih yang sudah tersedia dan meminumnya dalam sekali tegukan.
Dara dan Ray pun kini sudah kembali dalam mode normal, mereka menegakkan tubuhnya dan duduk dengan benar.

Suara gemercik air yang sedari tadi terdengar dari ruangan belakang, kini mendadak hilang dan berganti jadi seruan bi Sari.

"Aduh gustiii kenapa pemadaman bergilirnya sekarang, mana cucian belum selesai semuanya!!!"

Arga, Dara, dan Ray saling tatap satu sama lain, perlahan Arga menaruh gelas yang sudah kosong dengan gerakan slow motion, sampai pada akhirnya....

"AKU DULUUU!!!"

"AAAA RAY DULUUU!"

"ENGGAK! AKU DULU, UDAH GERAH INI!"

My Psychopath (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang