"Mommy ...!"
"Sebentar sayang..." Dara menaruh wadah berisi kue ke atas meja dan segera berjalan ke arah suara yang terus menerus memanggilnya sejak tadi.
"Sepatuku yang kedip-kedip dimana?" Bocah lima tahun itu mengedip-ngedipkan mata bulatnya.
"Mmm, bentar." Dara mengingat-ngingat dimana sepatu yang dimaksud anaknya, kemudian ia mengobrak-abrik rak sepatu hingga apa yang dicarinya ketemu.
"Nah ini..." Dara memasukkan kaki kecil itu ke dalam sepatunya.
"Mommy udah bikin kuenya 'kan?"
"Udah, Ray tenang aja, ngotot banget si pengen kue," kekeh Dara seraya mencubit gemas pipi gembul Ray.
"Iya dong, ini 'kan hari spesial," ujar Ray bangga.
"Mamiii ...!" teriak Arga dari atas.
"Sayang, kamu makan dulu ya, Mami mau ke atas dulu, tuh Daddy manggil ..."
Setelah memasangkan sepatunya dengan sempurna, Dara mengusap singkat kepala Ray dan segera berlari ke kamar atas.
Ray Sakha Aditama nama yang diberikan oleh Dara. Sedangkan Aditama adalah nama Marga keluarga.
Bocah lima tahun yang sudah masuk taman kanak-kanak itu sungguh luar biasa aktifnya, dia sangat cerewet dan selalu menanyakan hal yang tidak bisa dijawab oleh orang lain. Dara sendiri bingung, kenapa sifat Ray seperti itu, tapi ia tidak ambil pusing.
"Arga ... dasinya udah ketemu?" Dara menghampiri Arga yang sedang memasang dasinya.
"Udah sayang ... kamu sih lama."
"Iya maaf, aku ngurus Ray dulu. Dia minta dibikinin kue," ujar Dara tanpa mengalihkan kefokusannya dari dasi.
"Yah, daddy-nya di nomor duakan." Arga membuang wajahnya ke samping.
"Jangan ngambek dong, Ray itu anak kita. Masa kamu cemburu sama anak sendiri." Dara melipat sesi terakhir ikatan dasi di leher Arga.
"Iya-iya enggak, dikit kok cemburunya."
"Makanya, siapa suruh ngebet buat nikah muda. Ya gini jadinya, cemburu sama anak sendiri." Dara mencubit pelan pipi suaminya yang sedang merenggut.
"Biarin! Morning kiss-nya mana?!" Arga membungkukkan badannya. Menyesejajarkan wajah dirinya dengan sang pujaan hati.
"Nggak ada morning kiss-morning kiss-an! Udah yuk makan!" Dara menarik tangan Arga, namun si pemilik tangan malah menepisnya agak kasar.
Dara menarik napas panjang, kemudian tersenyum seimut-imutnya. "Ya udah, sini ..."
Arga tersenyum miring dan menunjuk bagian bibirnya, sedangkan Dara memutar bola matanya jengah. Ia pikir, setelah menikah kadar kemanjaan Arga bakal sedikit menurun, tapi nyatanya malah makin nambah. Apalagi semenjak Ray lahir, Dara harus pandai membagi perhatian. Gak daddy-nya gak anaknya, mereka berdua sama-sama pecemburu. Dara sampai dibuat pusing oleh sifat mereka yang sama persis.
Cup.
Satu kecupan mendarat hangat di tempat yang Arga inginkan, lelaki itu tersenyum lebar dan mencium rambut terawat sang istri, kemudian mereka berajalan beriringan menuruni tangga.
"Good morning Daddy ..." sapa Ray antusias, meskipun mulutnya tengah dipenuhi oleh nasi.
"Morning my son!" Arga mencium singkat kepala anak itu, lalu menarik kursi dan mulai menyantap makanannya.
"Mami kuenya rasa apa aja?" tanya Ray sambil menatap sang Mami dengan lekat.
Sekilas info, author sengaja menulis kata 'Mommy' jadi 'Mami' biar lebih enak di baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath (Terbit)
Teen FictionPosesif adalah caraku mencintaimu, agar kau tetap ada di sampingku dan tidak pergi dari hidupku🔪 #1 in possessive, 10 Juni 2020 #1 in acak, 15 Juni 2020 #1 in fiksiumum, 15 Juni 2020 #1 in mati, 17 Juni 2020 ©Nabilarahma