[31] Pertengkaran Hebat

52.6K 2.9K 21
                                    

Rasanya waktu bergulir begitu cepat, baru kemarin pagi menyapa, sekarang ia sudah tersenyum kembali pada bumi. Mungkin benar, dunia sudah semakin tua.

Dara bangun lebih awal pagi ini, jam yang menggantung rapi di dinding menunjukan pukul 05.30
Seperti yang kalian ketahui, pekerjaan perempuan banyak sekali macamnya. Dimulai dari berbenah rumah dan menyiapkan makanan untuk perut lain. Meskipun ada bi Sari yang ceritanya pembantu di rumah itu, tetapi Dara tak sepenuhnya mengandalkan tenaga dia. Jika ia tidak sedang repot, dengan senang hati ia akan menjadi ibu rumah tangga seperti kebanyakan yang lainnya.

Selesai mandi dan mencuci baju, Dara menyisir rambutnya dan berdiam di depan kaca rias. Handuk putih masih membalut rambut basahnya.

Ting

Handphone yang tergeletak di atas nakas berbunyi singkat, bukan milik Dara melainkan milik Arga. Dara yang tengah mengoleskan foundation seketika terhenti. Ia bangkit dan berjalan ke tempat benda itu berada.

Dengan amat sangat ragu, tangan Dara terulur untuk mengambil ponsel tersebut, namun diurungkannya, lalu diulurkan lagi, setelah itu diurungkan lagi. Sungguh, Dara tidak memiliki nyali yang cukup untuk itu.
Selama ini dia tidak pernah menyentuh ponsel Arga bahkan seinci pun.

Dara melirik Arga yang masih terlelap, dengan keberanian yang tiba-tiba menyergap akhirnya ia mengambil benda pipih itu dan menghidupkannya.

Tak butuh waktu lima menit untuk melihat reaksi Dara saat membaca pesan yang masuk, perempuan itu menekap mulutnya yang reflek terbuka dan merasakan tubuhnya melemas.

Air mata Dara mulai meluncur tanpa diminta dan saking lemasnya ia sampai oleng hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan.

Brakk

Kenyamanan tidur Arga terusik akibat suara yang lumayan keras itu. Ia mengucek-ngucek mata tajamnya dan meliahat Dara yang sedang terduduk dengan air mata.

"Sayang..." gumam Arga serak sambil berusaha bangun meski kantuk masih menguasainya.

Dara berdiri dan menghapus air matanya. Ia menatap nyalang pada Arga yang berdiri di hadapannya. "Aku gak nyangka kamu setega itu Ga."

Arga mengernyit tak mengerti. "Maksud kamu?"

"Puas kamu udah bunuh dua orang yang gak berdosa sama sekali sama kamu!"

Arga semakin bingung dengan sikap Dara yang seperti ini. Kemudian matanya menangkap benda persegi panjang di tangan Dara. Tanpa aba-aba lagi, ia merebut halus ponsel miliknya.

Dara tak bergeming, ia membiarkan Arga membaca setiap pesan yang sudah ia baca terlebih dahulu.

Arga menurunkan ponselnya setelah selesai mengecek sumber masalah ini, pria itu menatap datar pada Dara yang memasang wajah dingin. "Sejak kapan kamu berani buka handphone aku?"

"Sejak barusan. Aku gak nyangka ya, aku pikir kamu udah gak akan lagi masuk dunia hitam kamu! Tapi aku salah, aku yang bego karena udah mengharapkan psikopat kayak kamu! Kenapa kamu tega BUNUH ELBERT SAMA PEREMPUAN TADI!!!"

"KARENA GUE SUKA!"

Dara tertegun, air mata yang sebelumnya hanya seujung jarum, kini sejibun. Bercucuran seolah dunia tengah hancur.

"Gila ya kamu...."

"Dengar, aku lakuin semua itu karena aku gak suka. Pertama, cowok yang kamu sebut Elbert itu udah berani deketin kamu. Kedua, cewek itu udah berani bikin kamu terluka. Dan kau gak suka milik aku tergores sedikit pun."

"Tapi gak gitu caranya! Kamu berlebihan tau gak!"

"Gak ada yang berlebihan buat aku ngancurin mereka semua, kalo itu bersangkutan dengan kamu."

My Psychopath (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang