Chapter one

284 23 10
                                    

Hari ini kepindahanku dari Bundang ke Seoul. Sungguh hari yang melelahkan. Penerbangan tepat jam 20.00, hampir saja terlambat.

Selagi menunggu pesawat telah siap, mereka memutuskan untuk mencari tempat duduk.

"Kak, cari tempat duduk" ajak Ara yang menarik paksa lengan kakaknya agar mencari tempat duduk. "Iya iya, lepaskan" ujar Soobin, kakaknya Kim Ara. Ara tersenyum lebar.

"Kak, disitu kosong" ucap Ara menunjuk tempat duduk yang kosong itu. "Ya, ayo" ajak Soobin yang berjalan di belakang Ara.

"Akhirnya lega."

"Iya. Aku haus, aku mau beli minum dulu. Kakak mau gak?" tanya Ara yang sudah siap membeli minum. "Ya, samain" ucap Soobin senyum.

Ara pergi ke sebuah cafe dekat dengan tempat duduknya. Tetapi ia tak sengaja melihat kejadian menabrak seseorang di depan sehingga membuat minuman yang ia pegangi ikut terjatuh.

Bruk..

"Ah, maaf aku tidak sengaja. Maafkan aku" ucapku merasa bersalah. Lagipula tadi kenapa aku menundukkan kepala?

"Tidak apa-apa, aku bisa beli lagi" ucap Ara. "Biar aku bayarin sebagai tanda maaf" perintahnya kepadaku. "Tidak usah, aku bisa sendiri."

"Ini sebagai permintaan maaf saja."

"Baiklah."

[🍁]

"Baru balik, kok lama?" tanya Soobin yang sedari tadi menunggu adiknya membelikan minuman. "Hmm, tadi ada orang gak sengaja bertabrakan dengan aku terus minumannya jatuh, dia gantikan minumannya" ucapku yang mengingat kembali kejadian di cafe.

"Oh, baiklah."

-----

Kami sampai di rumah bibi kami, kami tinggal bersamanya. Orangtua kami tidak ikut karena mereka masih ada pekerjaan yang belum selesai. Kami datang ke Korea untuk melanjutkan pendidikan.

Sesampainya di sana, aku melihat remaja yang tiba-tiba pingsan. "Kak, ada yang pingsan" ucapku menunjuk remaja yang pingsan di jalan.

Soobin yang melihat itu terkejut dan menghampirinya, aku mengikuti dari belakang.

"Kak, dia tinggal dimana?" tanyaku yang melihat ke sekeliling. Tidak ada orang disini. Hanya beberapa orang.

🦁🐺🦁🐺


"Kak?" tanya Ara ke kakaknya. "Hmm" jawab Soobin singkat.

"Itu, tadi remaja itu kenapa?" tanya Ara lagi. "Kayaknya kena penyakit deh" jawab Soobin asal dan Ara hanya menggangguk.

"Udah sana tidur."

"Iya."

~최범규~

Hari ini Ara berangkat sekolah, Ara masih kelas 11. Dan kakaknya kuliah, beda sekolah sama Ara.

"Ara buruan nanti telat" teriak Soobin di ruang tamu yang sudah siap-siap berangkat tetapi harus tunggu adiknya yang lama banget.

"Iya sabar" jawab Ara hampir selesai merapikan seragam dan tasnya.

------

"Makasih kak" ucap Ara dengan senyum lebar. "Sampai jumpa, kakakku tercinta" pamit Ara sambil melambaikan tangannya ke atas.

Sekolah baru Ara gak jauh beda sama sekolah lamanya. Baru aja sampai gerbang sudah lihat satu cowok yang terlihat lemah disuruh buat kerjain semua yang mereka mau.

"Lah, itu bukannya cowok yang aku lihat ya?" ucap Ara dengan pelan dan mengingat kembali wajah cowok yang ia tolong kemarin. Diingat-ingat lagi beneran itu cowok yang kemarin Ara sama Soobin tolongin.

"Tapi kok dia berantem? Apa yang terjadi? Dan kok gak ada yang tolongin?" gumam Ara yang mulai mendekat ke 3 cowok itu.

"Ih, sudah berhenti" ucapku melerai dua cowok yang sedari tadi dorong. Tapi dua cowok itu tidak peduli dan melanjutkan dorong-dorongan.

"Siapa kamu? Mau apa kamu? Bantuin dia?" tanya satu cowok yang bernama Kang Shiwa.

"Aku Kim Ara aku itu pacarnya. Jadi jangan ganggu dia lagi atau hadapi aku terlebih dahulu" jawabku asal. Entah kenapa aku mengatakan bahwa aku pacarnya. Tapi ini demi cowok ini.

"Oh.. Jadi kamu pacarnya. Aku gak pernah lihat kamu. Murid baru? Sekarang kamu bilang ke dia buruan buat kerjain tugasku" ucap Shiwa yang menekan bahu kananku dan langsung pergi. Aku menatapnya tajam walau dia tidak melihatku.

Semua orang melihatku melawan Kang Shiwa. Banyak yang kagum, banyak juga yang kaget. Ada juga yang terlihat sinis. Kenapa mereka gak mau bantu?

"Kamu tidak apa-apa?"

"I-Iya"

"Namamu siapa?" tanyaku yang masih belum mengetahui siapa nama lelaki ini.

"Choi Beomgyu" ucapnya pelan tapi masih terdengar olehku. "Kim Ara" balasku.

Aku membantunya berdiri. Sekali lagi aku bertanya. "Dimana letak ruang kepala sekolah?"

"Lurus terus maka ketemu ruang kepala sekolah" ucapnya yang masih merasakan kesedihan. Aku tidak bisa membaca ekspresinya. Sebenarnya apa yang terjadi?

[🍁]

Gimana seru gak? Aku bikin lagi ini. Aku itu aneh tau. Padahal masih ada sati cerita yang belum selesai tapi aku udh buat yang lain.

Tapi semoga ini enak ya. Klu mau yang satu lagi baca "Forever". Itu ceritanya bagus juga kok

Happy reading dan semangat buat puasanya. Jangan sedih kalau lebaran gak kemana-mana.

Lit Candle | Choi Beomgyu | Kim AraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang