Chapter 18.

2.5K 151 0
                                    

Mega baru saja masuk kedalam mobil Harish dengan wajah cemberut.

Harish segera menjalankan mobilnya dengan wajah yang tetap datar.

Hening menyelimuti mereka, tidak ada yang berani membuka suara. Mega yang biasa nya bawel entah mengapa kali ini dia diam.

Sampai Mega mengingat sesuatu. "Pak!."

Hal itu membuat Harish memberhentikan mobilnya secara mendadak. Untung jarak antara mobil Harish dan mobil dibelakangnya cukup jauh.

"Kamu ngagetin saya aja. Untung kita ga kenapa kenapa."

"Pak!! Masa Ega ke mall pake baju ginian sih!!!" Tanpa mengindahkan Omelan Harish, Mega tetap sibuk mengutarakan maksudnya.

"Terus?." Tanya Harish datar, masih kesal karna ucapan nya tak di gubris.

"Yaa ega malu lah pak. Entar dikiranya sombong mentang mentang abis wisuda."

Kali ini Harish menatap Mega.

"Ehm." Harish menggumam seperti menggantikan kata 'terus'

"Ihhh bapak tuh selain cuek dan bodo amat ternyata bapak tuh nyebelin bin ngeselin tau gak!!"

"Terus mau kamu apa sekarang?."

"Pulang lah, ganti baju dulu."

"Oke." Tanpa ba bi bu Harish segera memutar balik mobil nya.

Dari pada memperpanjang urusan dengan gadis di sebelahnya, lebih baik ia menuruti semua permintaan nya.

***

Sesampainya di rumah Mega disambut senang oleh rani.

"Cie putri bunda yang udah wisuda. Maaf tadi bunda langsung pulang soalnya ada urusan di kantor." Ucap rani sambil memeluk Mega erat.

Rani yang melihat raut kekesalan pada wajah Mega buru buru melanjutkan kalimatnya.

"Tapi bunda liat Ega maju kok. Ega dapet penghargaan ya kan?."

Mega yang mendengar itu langsung tersenyum senang. Ia kira bunda nya tidak datang. Ternyata datang.

Tidak masalah hanya sebentar. Mega sangat mengerti bagaimana sibuknya Rani.

Jadi Mega tidak mempermasalahkan jika bundanya itu hanya datang sebentar.

"Oh iya, bunda nyuruh Harish buat anter kamu nyari gaun, terus mana gaun nya?." Tanya rani tidak melihat apa pun yang dibawa Mega.

"Belum Bun, Ega mau ganti baju dulu. Masa Ega ke mall pake baju beginian? Kan malu." Keluh Mega.

"Oalah, yaudah kamu ganti baju ya. Harish nya mana?." Kali ini rani mencari keberadaan calon menantunya.

"Ga tau, di luar kali. Tadi udah Ega suruh masuk tapi dia nya ga mau. Yauda Ega suruh bibi buat bikin minuman."

Rani tersenyum mengangguk lalu berjalan keluar menghampiri Harish.

Huft, bunda udah sayang banget ya sama pak Harish?. Ujar Mega dalam hati karena merasa cemburu rani lebih perhatian dengan Harish ketimbang dengannya.

***

Tidak memerlukan waktu lama bagi Mega untuk mengganti pakaian.

Setelah selesai ia bergegas turun menemui Harish dan bundanya. Entah mengapa hatinya tidak karuan saat ini.

Antara kesal, senang, dan.. entahlah.

Mega menghembuskan nafasnya sebentar sebelum menuju Harish yang berada di teras.

Dari sini Mega bisa melihat Harish yang masih berbincang asik dengan bundanya.

Ia jadi tidak enak untuk keluar. Rasanya kesal bisa melihat Harish tertawa selebar itu, sedangkan kepada Mega? Boro boro tertawa tersenyum saja tidak pernah.

Barusan kemarin dia memanggil Mega sayang, lalu sekarang? Kembali dingin seperti dulu.

"Bun, ega ke mall nya mau sendiri aja ya? Naik ojek di depan gang."

Rani yang terkejut dengan kehadiran Mega tiba tiba, hanya mengangguk

Harish yang juga terkejut dengan permintaan Mega yang tiba tiba hanya menatap Mega tajam.

Tanpa berlama lama, Mega segera mencium tangan bundanya lalu berjalan terburu buru ke arah depan kompleks perumahannya tanpa menatap Harish terlebih dahulu.

Harish segera mengejar Mega, ia heran dengan sikap gadis itu. Mood nya gampang berubah ubah.

Tidak sulit bagi Harish untuk mengejar langkah Mega yang terkesan pelan. Padahal bagi Mega ini adalah jalan tercepat yang ia mampu.

Tepat di belakang gadis itu Harish segera menggenggam pergelangan tangan Mega.

Mega yang terkejut dengan sentuhan Harish yang tiba tiba refleks menghentikan langkahnya.

"Bapa ngapain sih ngejar saya?!." Omel Mega, emosi nya kali ini menggebu gebu.

"Kenapa?."

"Kenapa? Bapak masih tanya kenapa? Pacaran aja sono sama bunda saya! Ga usah Deket Deket saya lagi!." Ucap Mega berusaha menahan emosi, tangan nya tergerak menepis lengan Alex.

Tiba tiba saja tawa menggema di sekitar kompleks itu.

Mega mengerutkan dahinya bingung.

"Bapak ihhg, berisik tau bikin malu aja!." Ucap Mega sambil berusaha menutup mulut Harish yang masih tertawa terbahak-bahak.

Lengan Harish tergerak mengelus kepala Mega lembut, ada ada saja kelakuan gadis di hadapannya ini.

"Bapak!!! Rambut saya berantakan!!" Mega berusaha menepis lengan Harish yang masih bergerak mengacak acak rambutnya.

"Kamu bisa berhenti panggil saya bapak?." Harish mengalihkan pertanyaan.

"Lho kenapa emang?." Tanya Mega polos.

"Yang pertama : saya bukan bapa kamu.
Yang kedua : saya calon suami kamu.
Yang ketiga : kalau kamu menyebut saya ini guru kamu, ini bukan di area sekolah. Lagian kamu juga sudah lulus. Jadi kamu bukan murid saya lagi." Ucap Harish panjang lebar.

Mega hanya melongo menyaksikan penuturan Harish. Tumben bawel.

"Terus saya manggil bapa apa?."

"Sayang atau honey boleh."

"Idih, geli banget tau pak saya denger nya. Emm Mas aja gimana?."

Harish tak menggubris ucapan Mega ia segera menarik lengan Mega agar segera mengikuti nya masuk kedalam mobil dan bergegas pergi mencari pakaian untuk mereka berdua.

***

TBC

______________________________________

Typo bertebaran.

Follow Ig : ope.pey

✓THE HEAD MASTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang