17

1.5K 156 6
                                    

Setelah mengganti pakaiannya, ia ke dapur untuk mencari camilan. Sakura memutuskan untuk merilekskan pikirannya dengan menonton tv. Pandangannya beralih pada Sasori yang berjalan melewatinya dengan tergesa-gesa.

"Kau mau kemana?"

Sasori mengambil kunci mobilnya dan menoleh. "Ada yang menungguku di luar."

Mendengar itu, sontak Sakura bangkit dari posisi tidurnya.

"Siapa?"

"Seseorang."

"Pasti dia perempuan." Tebak Sakura. "Siapa? Ino?"

Sasori memandang sekelilingnya lalu menghela napas. "Berpura-puralah tidak tahu karena aku membohongi Gaara tentang itu. "

"Jika kau ingin merahasiakannya, kenapa kau mempublikasikan hubunganmu? Benar-benar adegan yang luar biasa." Cibir Sakura saat mengingat ia dan kembarannya memergoki Sasori.

Sasori mengerutkan keningnya. "Kau memergoki kami?"

"Begitu juga dengan yang lainnya saat melihatmu di mobil." Sakura menahan tawanya. "Kuakui kau sangat mahir dalam berciuman." Katanya menggoda Sasori.

Sasori berdecih sedangkan Sakura tertawa pelan. Bukan salahnya jika Sakura melihat mereka. Kuro sangat jahil saat itu, ia memanggil Sakura dan Kenma hanya untuk menunjukkan adegan Sasori yang sedang berciuman.

"Hei, apa kau akan menikah musim gugur ini?"

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak." Sasori menyangkal.

"Oh benarkah? Ino sudah memberitahu semua orang. Kukira sebentar lagi dia akan mencoba gaun pengantin."

Mata Sasori terbelalak kaget. "Kenapa dia tergesa-gesa seperti itu? Padahal aku sudah menjelaskan padanya."

"Benarkah?"

"Ya! Aku sudah mengirim pesan padanya." Jawab Sasori meyakinkan adiknya bahwa ia tidak pernah berpikir akan menikahi Ino. "Kata kataku bahkan sangat jelas. Aku mengatakan 'Kukira kita harus fokus pada pekerjaan saja.' seperti itu."

"Apa yang dia katakan?" tanya Sakura.

"Dia membalas pesanku seperti ini 'Aku menyukai sifat profesionalmu. Baiklah. Tapi kita akan tetap berpacaran di luar kantor.'" Memang Ino adalah bawahan Sasori saat berada di kantor. Jadi mungkin gadis pirang itu salah paham dengan perkataan Sasori.

"Astaga." Sasori memijit dahinya frustasi. "Sepertinya dia masih tidak mengerti. Benar, bukan?" lanjutnya bertanya pendapat adiknya.

Sakura menggelengkan kepalanya tidak memahami isi pikiran Sasori. "Siapa yang akan mengerti jika kau berkata seperti itu? Memangnya kau lumba-lumba?"

Sasori melotot tidak percaya adiknya menyamakannya dengan seekor lumba-lumba. Yang benar saja!

"Astaga, jika kau tidak benar-benar menyukainya. Katakan saja padanya dan putuskan dia." Omel Sakura lagi.

"Tapi, aku tidak tahu wanita seperti apa yang akan kutemui nanti. Jika kuputuskan seperti itu... Itu sangat.." Sasori mencoba mengekspresikan perasaannya pada adiknya berharap adiknya mengerti.

Namun, Sakura malah menatapnya dengan tatapan aneh.

"Baiklah. Aku akan memberitahu dia tapi tidak secara langsung. "Ucap Sasori menyerah daripada adiknya mengomelinya lagi.

"Pria sepertimu benar-benar adalah tipe yang terburuk. Kau benci menyampaikan kabar yang buruk, jadi kau menyuruh orang lain untuk melakukannya."

Sasori memutar bola matanya bosan saat mengetahui Sakura tidak akan berhenti mengomelinya setelah ini.

ONLY YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang