kesedihan tiada putus

1.1K 109 14
                                    

Warning
Typo
Selamat membaca

***

Seperti yang telah ia curigai sejak awal. Dimana sebuah langkah yang harus diambil akan selalu bersama resiko yang mengikutinya. Seketika air matanya turun, memeluk sang istri yang kini tak sadarkan diri.

Sesekali meringis saat merasakan kakinya yang terkilir. Darah segar mengucur deras dari pelipisnya. Ia memejamkan mata merasakan sakit di fisiknya dan juga didalam batinnya.

     Mengapa tidak sedari awal mereka menyadari jika orang itu berbahaya. Mengapa dengan begitu mudahnya ia mempercayakan anak kesayangannya bersama dengan iblis. Ia tidak mampu membayangkan wajah Jimin yang menangis dan merengek, mengucapkan kata sakit yang mengiris hatinya.

Bulu bulu hitam bertebaran, menghiasi mobil yang sudah hancur karena kecelakaan tunggal. Dimana Namjoon berusaha menghindari sesuatu hingga ia menabrak pohon. Sesuatu itu bukanlah hal biasa. Melainkan makhluk dengan sayap hitam menghiasi punggungnya. Menatap penuh seringai kearahnya.

     Nafasnya mulai tersenggal, perlahan matanya menutup dengan wajah pucat karena kehabisan darah. Satu hal yang bisa ia lakukan saat ini adalah memeluk sang istri erat. Entah mengapa rasanya ini adalah terakhir kali ia melihat wajah cantiknya. Wajah yang saat ini terus terpejam dan dihiasi luka memar karena terbentur.

Perlahan Namjoon kembali mengeluarkan air mata, ia mengecup singkat labium sang istri.

"bertahanlah untuk Jimin sayang."

***

"haaahh."

Seokjin terbangun dengan wajah pucatnya, ia meliarkan pandangan dan berhenti saat matanya beradu pandang dengan manik yang menyiratkan kesedihan mendalam.

"eomma hikks."

Seokjin tidak bergeming saat Jimin memeluknya, ia masih mencerna apa yang baru saja terjadi. Kepalanya sangat sakit.
Ia meringis memegangi kepalanya, menarik atensi Jimin. Ia panik dan segera memanggil dokter.

"dia masih kaget, sebaiknya anda tidak dulu membebani fikirannya. Selamat siang."

"iya terima kasih dokter."

Jimin menunduk dan memandangi wajah ibunya sendu. Ia baru menyadari wajah cantik ibunya kini menirus, apa karena dirinya. Apa karena Jimin yang selalu manja dan merengek padanya. Jimin merasa bersalah saat ini.

"Jangan menangis sayang, ini sudah takdirnya."

Jimin melirik kearah orang yang kini sedang mengusap punggungnya. Takdir tuhan yah, mengapa begitu. Kejam padanya. Belum kering tanah yang menimbun shabatnya kini ia harus kembali menimbun orang yang paling berharga dihidupnya.

Kim Namjoon, seorang ayah yang kuat. Seorang ayah yang menghibur dan seorang ayah yang bijak meski terkadang konyol.

Ia menutup matanya dengan tenang, meninggalkan dua orang malaikat yang kini dirundung kesedihan.

"Taehyung ah. Mengapa appa tega sekali padaku, dia sama saja seperti Taemin hyung. Hikks, meninggalkanku dan eomma begitu saja hikss. Apa yang harus aku lakukan sekarang."

NIGHTMARE (BlackSwan)[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang