End

1.5K 107 13
                                        

Warning
Typo
Selamat membaca

***

     Bukan tanpa alasan si mungil menghindari iblis itu, seperti kejadian tadi pagi. Seorang pelayan kini lenyap entah kemana karena tidak sengaja ketahuan mengintip privasinya. Ia segera membungkus Jimin dengan sebuah kain tebal dan menggulungnya seperti kepompong, membawanya masuk kedalam kamar dan mengungkungnya dengan dua pasang netra yang bersibobrok.

"kenapa kau melenyapkannya, ia hanya tidak sengaja."

"seorang pelayan yang berasal dari dapur, dengan percaya dirinya berjalan keruangan depan dengan mata yang sibuk mengintip kesana-kemari. Apakah itu normal."

Jimin bergeming, ia juga merasa heran dengan pelayan itu. Bukankah sejak dulu hanya pelayan yang terpilih yang bisa bebas masuk ke istana dan mengantarkan sajian.

Tidak ingin berpikir terlalu jauh, si mungil itu sibuk melepaskan diri karena Pemuda tan itu mencumbu Jimin dengan brutal, ia tidak memedulikan Jimin yang masih berusaha lepas dari balutan selimut tersebut.

"Tae berhentilah, bukankah kau berjanji tidak akan melakukannya terlalu sering. Aku sudah menyetujui tinggal di istana, sekarang mana janjimu?"

"tapi Jimin aku tidak tahan."

"kau selalu tidak tahan, makannya berusahlah tae."

"kau yang menggodaku."

"bahkan aku diam saja kau tergoda, bagaimana caranya hmm."

Pemuda Park itu menatap Taehyung dengan netra berkilauan karena tertimpa lampu temaram, mengerucutkan hidungnya sesekali dengan pipi merona.

"kan kan, kau selalu menggodaku Jimin-ah."

"aku diam saja."

Taehyung bangkit, mengusak surainya prustasi. Ia membiarkan Jimin berguling kesisi  lain ranjang king size tersebut. Melepaskan diri dari balutan selimut hijau tebalnya.

Tangan bantet nan lembut itu mengusap rahang sang dominan dan menghembuskan nafasnya di ceruk leher Taehyung. Membuat sang empu bergidik geli, melempar pandangan heran pada si mungil.

"kau bilang tak ingin melakukannya."

"tentu tidak, aku hanya memberi semangat untukmu."

"kau malah menggodaku Jimin."

Taehyung menarik pinggang Jimin hingga terduduk dipangkuannya, jangan lupakan jari panjangnya yang sibuk memberikan sentuhan kupu-kupu di pinggang dan merambat ke punggunya.

Membuat si mungil menggeliat tidak nyaman.

"hei tidak sopan sekali saat tamu datang dan malah disambut dengan adegan tidak senonoh."

Suara berat mengintrupsi kegiatan keduanya, menarik atensi Taehyung dan membuat si mungil tersipu sehingga menenggelamkan wajahnya.

"kau yang tidak sopan, bertamu dan langsung nyelonong ke kamar pribadi orang."

"aku ingin melihat Jiminku."

"Jiminmu? Cih ternyata kau belum bangun juga yah."

"kau ingat Jimin itu setengah hitam dan setengsh putih, bangsaku masih memiliki hak untuk mengasuhnya."

"hah tapi sepertinya dia lebih bahagia saat bersamaku. Pergilah sebelum aku melenyapkanmu."

Jimin menyembulkan kepalanya dari dekapan Taehyung, ia tampak tersenyum bahagia.

"aku senang Kookie, kau tidak perlu khawatir dan merasa bersalah. Aku menerimanya sekarang, terima kasih sudah mau memperjuangkanku hingga akhir."

Jungkook tertegun, sorot matanya memancarkan perasaan yang berbeda dari biasanya. Sepertinya ia benar-benar bisa melepas Jimin seutuhnya.

"kalau begitu aku pamit Jiminie, terima kasih untuk semuanya."

Jimin menatap punggun Jungkook dengan haru, is bersyukur pernah dioertemukan dengan orang seperti Jungkook.

"hmmppht."

"berhenti memandangnya atau aku akan memperkosamu."

"ahh jangan macam-macam tae."

"aku serius, jadi berhentilah."

Selalu seperti ini, tapi Jimin juga menikmatinya. Bahkan ia tidak masalah digempur seharian. Justru semakin lama dirinyalah yang ketergantungan. Menuntut agar Taehyung melakukannya tiap malam meski pangeran angsa itu dalam keadaan lelah sekalipun.

End

~~~••~~~

A/N

Terima kasih

Pendek banget ya, gk papa lah soalnya ini salam perpisahan.
Untuk yang sudah menyempatkan waktu mampir di work unfaedah ini saya ucapkan terima kasih.

By
Alieenbaikhati

Ps. Mampir di work baru aku, asrama 7. Jangan lupa

NIGHTMARE (BlackSwan)[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang