14

197 33 30
                                    

Aku berlari secepat yang aku bisa dengar air mata yang terus mengalir di pipiku. Sakit, itu yang aku rasakan saat ini. Tetapi saat di depan gerbang rumah Mark, dia menahan tanganku lagi.

"Ra kamu kenapa? Kenapa tiba2 jadi gini?" tanya Mark sambil tetap menahan tanganku.

Aku hanya terus terisak, aku bahkan tak mampu mengatakan padanya apa yang aku lihat tadi. Mungkin sedikit berlebihan, tapi aku belum pernah merasa sesakit ini.

"Raa.. " katanya lagi sambil memastikan keadaanku lagi.

"Lepasin, aku mau pulang" kataku yang sudah tak ada tenaga lagi.

"Oke kalau kamu emang mau pulang, aku anter. Oke? Gaada penolakan" kata Mark sambil mengahapus air mataku.

Aku hanya diam, tak ada tenaga lagi untuk melarikan diri. Percuma juga jika aku menolaknya, dia tak akan mau menerima penolakanku.

Di perjalanan, aku hanya diam sambil mengalihkan pandanganku ke arah jalanan yang dihiasi gemerlapnya lampu jalan. Tak ada percakapan apapun sampai tiba di rumahku.

"Makasih" kataku lalu beranjak masuk ke dalam rumah.

"Raa.. " panggil Mark yang sukses membuatku terdiam di tempat sambil membelakanginya.

"Kamu boleh lakuin apapun ke aku kalau aku emang ada salah sama kamu. Bodohnya, aku sendiri bahkan gatau kenapa tiba2 kamu bilang kecewa sama aku. Tapi aku mohon satu hal Ra, jangan diemin aku kaya gini" ucap Mark dengan nada yang semakin serak.

Air mataku kembali jatuh setelah mendengar apa yang diucapkan Mark tadi. Aku langsung masuk tanpa membalas perkataannya tadi.

Untungnya bunda sedang di kamarnya, jadi dia tak tau jika aku menangis. Sampai di kamar, ku lihat Mark dari jendela kamarku. Dia menunduk lesu sambil mengacak rambutnya, tak lama lalu dia pulang dengan motornya.

Aku masih terus menangis, sebenarnya ingin kutanyakan langsung semuanya pada Mark. Tapi entah kenapa bibirku kelu dan tak mampu mengucapkannya.

Mark POV

Entah kenapa Nara tiba2 seperti ini, apa aku melakukan kesalahan? Aku bahkan tak tau apa salahku, bodoh bukan?

Setelah mengantarnya pulang, dia kasih tak mau bicara padaku bahkan mengabaikan ucapanku.

Aku mengacak rambutku, aku bingung dengan keadaan ini. Ku putuskan untuk kembali ke rumah sambil mencari tau apa sebenarnya yang membuat Nara seperti ini.

Sampai di kamarku, aku kembali mencoba menghubungi gadisku, tapi tetap saja tak ada jawaban. Pesanku pun tak dibaca olehnya.

Saat aku hendak merapikan buku pelajaranku, mataku tertuju pada box hitam yang ada di atas meja belajarku padahal box itu tak pernah ada disana. Aku mencoba membuka box itu dan..

Damn, batinku.

"Pasti ini yang bikin Nara kaya tadi" monologku.

"Arghh..bodoh Mark bodoh" kataku frustasi sambil mengacak rambutku.

Box itu memang kuletakkan di rak buku dari awal Somi memberiku, bahkan aku sudah tak pernah membukanya setelah kami putus. Aku pun tak ingat jika box itu masih ada disana.

Bukannya aku belum move on, aku sudah melupakan semuanya tentang Somi. Aku berani sumpah, aku hanya mencintai gadisku, Nara. Tapi menurutku tak baik membuang pemberian orang kan? Toh kami masih bisa berteman, lagipula aku meletakkannya disana bukan untuk ku kenang tapi memang hanya kuletakkan saja tanpa alasan.

Saat aku baru saja merebahkan tubuhku di kasur, ponselku berbunyi. Kulihat nama Nara yang tertera disana, segera kubuka pesannya.

Naraku💕
Besok gausah jemput aku, aku ke sekolah bareng Yeri.

Aku hanya bisa menghela nafasku kasar, bisa kupastikan Nara pasti sangat kecewa padaku.

End Mark POV

Nara POV

Hari ini aku berangkat ke sekolah bersama Yeri dengan mata sembab akibat menangis semalaman. Berlebihan? Tapi kalian tak tau rasanya.

Sampai di kelas aku langsung duduk di bangku ku dan menundukkan kepalaku di meja.

"Ra, masih gamau cerita? " tanya Yeri yang dari tadi sudah penasaran kenapa keadaanku bisa seperti ini.

Aku menghela nafasku, membenarkan posisi dudukku menghadap Yeri. Aku pun mulai menceritakan semuanya pada Yeri, awalnya dia juga terkejut mendengar ceritaku tapi dia kemudian menenangkanku.

"Tapi, apa gak sebaiknya kamu minta penjelasan langsung dari Mark? Kalo kamu diemin dia kaya gini dia gabakal tau Ra" saran Yeri padaku.

Ya memang harusnya begitu, aku seharusnya meminta penjelasannya langsung pada Mark bukan malah menghindarinya. Tapi aku terlalu egois untuk ini.

"Gatau deh Yer" kataku lesu.

"Yaudah, tenangin pikiran kamu dulu. Setelah itu baru selesaiin baik2 sama Mark" kata Yeri sambil menepuk pelan bahuku.

Selama pelajaran berlangsung, aku tak fokus. Aku terus memikirkan apa yang kulihat kemarin. Bahkan aku tak pergi ke kantin untuk makan, moodku rusak serusak rusaknya.

Skip pulang sekolah

Saat aku berjalan menuju gerbang sekolah, aku melihat Mark yang duduk di atas motornya. Aku langsung berjalan sambil menunduk pura2 tak melihatnya, tapi dia langsung turun dari motornya dan menghampiriku dan menahan lenganku.

"Sekarang aku ngerti kenapa kamu gini Ra, kamu salah paham. Aku bisa jelasin semuanya" kata Mark menatapku dengan wajah memohonnya.

"Maaf Mark, aku butuh waktu sendiri dulu. Tolong ngertiin aku" kataku lalu pergi dari hadapannya.

Mataku kembali memanas, entah sudah berapa banyak air mata yang ku tumpahkan dari kemarin. Aku langsung mencari angkutan umum untuk pulang, ku abaikan pandangan orang yang menatapku karena mataku yang sembab.

#Haii pembaca setia 💚
Gimana nih? Aku bakal double up hari ini
Yukkk ramein, jangan lupa vote dan komennya yaaa

Sayang kaliann 😗

"Aku bisa jelasin semuanya Ra"Mark Lee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku bisa jelasin semuanya Ra"
Mark Lee

MY BOYFRIEND || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang