28

218 18 7
                                    

"Mau makan dimana? "

"Ra" panggil Mark yang berhasil membuyarkan lamunanku.

"K-kenapa? "

"Mikirin apasih? " tanyanya sambil mengusap kepalaku.

Apalagi kalau bukan keberangkatannya ke Kanada besok? Rasanya terlalu cepat.

Sesuai janjinya, lima hari ini kami gunakan untuk jalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama. Bahkan sampai tak terasa bahwa hari ini hari terakhir Mark di Korea dan besok akan terbang ke Kanada.

"Ga ada kok, " jawabku asal sambil membuang pandangan ke jendela mobil melihat jalanan Seoul yang basah karena hujan malam ini.

Mark kembali melajukan mobilnya dan tak lama berhenti di depan sebuah restoran.

"Makan disini aja ya? "

Aku mengangguk, lalu hendak membuka pintu mobil tapi Mark menahan tanganku.

"Tunggu, biar aku ambil payung dulu" katanya kemuadian turun.

Kamipun masuk dan disambut beberapa pelayan yang ada disana.

"Atas nama Mark Lee? Silahkan ke atas, ruanhan VIP nya sudah siap" kata salah satu pelayan.

Aku mengernyit bingung, Mark menggenggam tanganku dan mengajakku ke lantai atas.

Saat pintu ruangan VIP dibuka, mataku membulat sempurna.

"Kamu nyiapin ini? " tanyaku pada Mark yang berdiri di sebelahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu nyiapin ini? " tanyaku pada Mark yang berdiri di sebelahku.

Dia mengangguk sambil tersenyum dan mengajakku masuk lalu duduk disana.

Ini sangat indah, ruangan sederhana yang dihias dengan lampu-lampu senada menambah kesan luar biasa pada ruangan itu.

Aku melihat setiap detailnya, sangat tertata rapi yang membuat siapapun berada disana merasa nyaman.

"Seneng gak? " tanya Mark yang kini sudah duduk di hadapanku.

"Bangett" kataku sambil tersenyum padanya.

"Makan dulu, kamu kan belum makan daritadi, "

Kamipun mulai makan hidangan yang sudah disiapkan, sambil diselingin candaan yang Mark lontarkan.

"Raa, " panggil Mark saat aku fokus ke jendela yang memperlihatkan indahnya kota Seoul malam ini.

Aku menoleh ke arahnya, sepertinya ada hal serius yang akan dia bicarakan.

"Boleh aku minta satu hal? " tanyanya pelan.

Aku mengangguk, mengiyakan permintaannya.

"Besok-"

"Besok, kamu gausah ikut anter aku ke bandara ya? "

"K-kenapa? " tanyaku dengan suara yang mulai bergetar.

"Aku takut malah berat ninggalin kamu, aku gamau liat kamu sedih sebelum aku berangkat" katanya sambil menggenggam kedua tanganku.

Aku menahan tangisku, menatap Mark dengan mataku yang mulai berair.

"Maaf Ra" ucapnya dan langsung membawaku ke pelukannya.

Tangisku pecah saat itu juga, aku tak bisa menahannya lagi.

Aku bahkan tak tau harus berkata apa lagi, hanya suara isakan ku yang terdengar.

Mark terus mengusap kepalaku, menenangkanku hingga perlahan tangisku mulai berhenti dan dia melepaskan pelukannya.

"Aku janji, bakal hubungin kamu tiap saat. Dan aku juga janji, saat aku balik nanti, aku bakal jadi cowok mapan yang bakal siap bangun rumah tangga sama kamu. Okey? " lalu dia mengecup keningku menyatukan kedua dahi kami.

Menatapku dengan tatapan sendunya,

"Aku sayang kamu Ra, selamanya"

"A-aku juga sayang kamu Mark" kataku berusaha tersenyum untuknya.

Berusaha kuat dengan apa yang terjadi saat ini, aku yakin dia akan kembali lagi.

Seperti kata Mark, kita masih menatap langit yang sama.

Dan semoga saat kami disatukan kembali, kami sudah menjadi orang yang lebih baik lagi.






***
"Ini udah putaran kelima loh Ra, "

"Sekali lagi yaa? " pintaku padanya untuk berkeliling rumahku satu kali lagi.

Dia menggeleng,
"Ini udah malem, kamu istirahat yaa? " katanya sambil menggenggam tanganku.

Apa tidak bisa lebih lama lagi? Besok pagi dia sudah berangkat ke Kanada.

"Sekali lagi deh, aku janji" pintaku lagi.

Tapi tetap saja dibalas gelengan oleh Mark.

Lalu dia memelukku, aku membalasnya dan mengeratkan pelukanku.

"Tolonh jangan pernah nangis lagi setelah ini ya Ra"

Aku mengangguk dalam pelukannya, dengan mata yang mulai berair. Tapi aku sudah berjanji tidak akan menangis lagi karena itu akan membuat Mark terbebani saat berangkat.

"Masuk gih, udah malem kamu langsung istirahat yaa"

Aku masuk ke rumah dengan berat hati, berjalan mundur agar dapat melihat wajah Mark.

Dia melambai ke arahku, hingga wajahnya tak terlihat lagi.

Aku berlari ke kamar dengan air mata yang sudah jatuh, menangis meluapkan semuanya.

Apa ini akhirnya? Aku bahkan tak bisa berpikir apa-apa lagi.

Akhirnya aku memutuskan untuk membersihkan diri.

Menenangkan diri dibawah shower dengan air hangat yang membuatku lebih rileks.

Setelah itu aku duduk di pinggir kasur, tak lama hpku berbunyi menampilkan satu notifikasi pesan masuk dari Mark.

My Boy🐯💕
Istirahat ya Ra, have a nice dream❤

Air mataku kembali jatuh setelah membaca pesan itu,

Kembali menangis mengingat kenyataan ini, sangat cengeng bukan?

Aku menutup ponselku, merebahkan diri hingga aku terlelap ke alam mimpi.

Berharap semua ini tidak nyata, dan besok semua berjalan seperti biasanya.







Hi dear 💙
Apa kabar? Kangennn banget sama kaliannnnnnn

Masih ada yang nungguin ga sihh? Bentar lagi ending ini :"

Semoga masih setia yaaa 💚

"Jarak bukan masalah, intinya kepercayaan Ra"
Mark Lee

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY BOYFRIEND || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang