22

164 24 158
                                    

"Udah dong Ra, jangan nangis terus" kata Yeri sambil mengusap punggungku.

Sejak kemarin malam, aku tak berhenti menangis. Bahkan kemarin bunda kaget melihat keadaanku saat masuk ke dalam rumah, aku sudah menceritakan semuanya pada bunda.

Dah hari ini, aku menangis lagi setelah menceritakannya pada Yeri. Mark masih tak mau mendengar penjelasanku, semua pesan dan telponku tak dibalas.

Tapi, tadi pagi dia masih mau menjemputku lalu berangkat ke sekolah bersama. Namun tetap saja tak ada percakapan antara kami, diperjalanan hingga sampai di sekolah kami saling sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

"Udah yaa Ra, jangan nangis lagi. Mata kamu udah sembab gitu, nih minum dulu" kata Yeri sambil memberiku minum.

Aku menggeleng, air mataku masih terus membasahi pipiku. Aku takut, selama pacaran dengan Mark, aku belum pernah melihat dia seperti ini.

"M-mark gamau dengerin penjelasanku Yer" kataku dengan suara yang sudah sangat serak.

Yeri menghela nafasnya, mengusap air mata di pipiku dengan tisu.

"Dia cuma lagi emosi Ra, kamu tenang aja. Nanti setelah emosinya reda, dia pasti bakal dengerin penjelasan kamu"

Aku mulai menenangkan diriku, mengahapus sisa-sisa air mataku.

Tiba-tiba ada teman sekelasku yang menghampiriku sambil memberi roti dan susu coklat.

"Nih Ra, tadi Mark nitip buat kamu katanya" kata temanku lalu pergi ke bangkunya.

Apa dia semarah itu? Bahkan untuk memberiku roti dan susu coklat saja harus menitipkannya pada temanku.

"Udah Ra, jangan mikir macem2. Ini aja udah jadi bukti kalo Mark masih merhatiin kamu" kata Yeri yang membuyarkan lamunanku.

"Tapi kenapa gak dia aja yang langsung ngasi ke aku Yer? Dia kayanya marah banget" kataku sambil menunduk.

Sakit bukan? Melihat orang yang biasanya bersikap sangat manis padamu tiba2 berubah menjadi dingin.

"Aku ke toilet dulu ya Ra, kamu tenangin diri dulu" kata Yeri lalu beranjak keluar dari kelas.

Aku masih melamun, memikirkan Mark yang masih tak mau mendengar penjelasanku. Jadi ini yang dirasakan Mark saat aku tak mau mendengar penjelasannya?

Saat baru saja aku mau mengambil ponselku, tiba2 Jaemin teman sekelasku datang dari luar dengan berlarian menghampiri mejaku. Dia mengatur nafasnya lalu mulai bicara padaku.

"Naraa...Mark,,M-mark" katanya sambil ngos-ngosan dan menunjuk ke arah luar.

"Mark kenapa? " tanyaku bingung.

"Mark berantem sama Hyunjin di gudang belakang sekolah" kata Jaemin.

Aku terkejut dengan apa yang dia ucapkan barusan. Mark?  Hyunjin?

Aku langsung berlari keluar kelas menuju gudang belakang sekolah. Aku masih tak percaya jika Mark berkelahi, karena yang aku tau Mark bukan tipe anak yang menggunakan emosinya saat dia marah.

Aku masih terus berlari, aku takut terjadi apa-apa dengan Mark. Apa ini gara2 hal semalam? Bodoh. Kalau benar, itu berarti semuanya gara2 aku.

Saat tiba di depan gudang, kudengar keributan di dalam seperti beberapa benda yang jatuh disana, aku semakin panik.

Aku sebenarnya takut dengan situasi ini, mereka berdua pasti dalam keadaan yang sangat emosi. Air mataku jatuh begitu saja tanpa aba2, kuberanikan diri untuk membuka pintu gudang itu.

MY BOYFRIEND || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang