27

126 12 13
                                    

Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Hari dimana siswa kelas 12 lulus telah tiba, senyuman para siswa menghiasi cerahnya hari disaat kelulusan ini.

Seluruh siswa kelas 12 berkumpul di lapangan, berbaris sembari menunggu pengumuman kelulusan oleh kepala sekolah.

"Selamat untuk angkatan 19, bapak nyatakan kalian semua lulus dengan nilai yang memuaskan"

Setelah mendengar semua itu, lapangan dipenuhi oleh teriakan kebahagiaan dari para siswa. Bahkan hujan konferti pun ikut turun merayakan kelulusan tahun ini.

"Gak kerasa yaa Ra, udah lulus aja. Kayanya baru kemarin kita jadi murid baru disini, jadi sedih." ucap Yeri sambil memeluk lenganku.

"Iyaa nih Yer, bakal kangen momen-momen sekolah," sahutku.

Kami berdua berjalan menuju ke pinggir lapangan, setelah pengumuman kelulusan.

"Raa, ditunggu Mark di rooftop." kata Hyunjin lalu berlalu pergi dari hadapanku tanpa mengucapkan apapun lagi.

Aku mengerutkan dahiku, tumben bukan Mark yang memberitahuku secara langsung.

"Buruan gih, udah ditungguin tuh, kali aja penting," kata Yeri sambil menyenggol lenganku.

Akuvpun mengangguk lalu bergegas ke arah rooftop. Saat sampai disana, aku melihat Mark yang duduk di sofa rusak sambil membelakangiku.

"Mark," panggilku pelan.

Dia menoleh dan tersenyum manis, lalu menepuk pelan sofa di sebelahnya yang mengisyaratkanku untuk duduk.

Aku pun duduk di sebelahnya, sambil memandangnya yang masih tersenyum ke arahku, begitu juga sebaliknya. Hening, tak ada percakapan di antara kami, setelah itu kulihat dia menarik nafas panjang dan mulai bicara.

"Selamat kelulusan Ra," katanya sambil menggenggam satu tanganku.

Aku mengangguk, membalas genggamannya.

"Selamat kelulusan juga," balasku dengan senyum sehangat mungkin.

Dia mengalihkan pandangannya dariku, lalu menunduk sembari masih terus menggenggam tanganku.

"Lima hari lagi aku berangkat ke Kanada, Ra," lirihnya sambil masih menunduk.

Aku terdiam, tercekat dengan baru saja yang dia katakan. Apa secepat itu? Bahkan aku belum merayakan kelulusan kami bersama-sama.

"Kenapa cepet banget?" tanyaku pelan yang membuatnya menatapku.

Tatapan sendu, yang membuat hatiku sakit saat melihatnya. Matanya yang berkaca-kaca, seolah air matanya tak sabar untuk jatuh.

Dia beralih menggenggam kedua tanganku,

"Maaf," katanya sambil mencoba untuk tetap tersenyum.

Bukankan ini terlalu cepat? Bisakah aku putar waktu? Aku belum siap jauh darinya.

Aku menggigit bibir bawahku, memahan tangisku agar aku tak menangis di hadapannya.

Tapi sayangnya, air mataku jatuh begitu saja.

"Hey, kita masih punya lima hari lagi kan? Kita habisin buat ngerayain kelulusan bareng, okey?" hiburnya sambil mengusap pipiku yang basah karena air mata.

Aku mengangguk, lalu memeluknya. Tangisku pecah saat itu juga, aku tak bisa menahannya lagi.

Dia mengusap punggungku, membiarkanku menumpahkan semua kesedihan ini.

"Kalo emang ini buat kamu lega, gapapa Ra. Tapi tolong, setelah ini jangan pernah nangis lagi." katanya sembari memgusap rambutku.

Aku melepaskan pelukannya, menatapnya dengan mataku yang sudah sembab.

Disaat seperti ini, dia bahkan masih bisa tersenyum untukku.

"Udah dong, jelek tau kalo nangis gini," katanya sambil terkekeh.

Aku menatapnya kesal, masih sempatnya untuk bercanda.

"Setelah ini aku anter kamu pulang, besok kita jalan-jalan, okey?" tanyanya.

Aku menggeleng cepat, membuatnya menatapku bingung.

"Aku mau beli es krim dulu, sekarang."

Dia tampak terkejut, lalu tertawa mendengar apa yang aku katakan tadi.

"Yaudah iya-iya kita beli es krim dulu, tumben manja gini," katanya sambil mengusak pelan rambutku.

"Soalnya setelah ini kan gabisa manja sama kamu lagi," kataku kembali dengan suara bergetar.

"Sstt... Udah ah, aku gamau bahas itu lagi," katanya lalu menarik tanganku untuk beranjak dari sana.

***
Sesuai permintaanku tadi, aku dan Mark sekarang sudah berada di kedai es krim. Dengan 5 varian es krim yang sudah ada di hadapan kami saat ini.

"Yakin kamu bisa habisin semuanya?" tanyanya.

Aku mengangguk antusias, lalu mulai melahap es krim yang sudah kupesan.
"Makan es krim aja belepotan ini, kaya anak kecil tau," ucapnya lalu mengusap sudut bibirku yang terkena es krim.

"Kalo nanti kamu ke Kanada, siapa yang bakal ngelap bibir aku kalo aku belepotan makan es krim?" tanyaku yang membuat Mark terdiam.

Senyumnya luntur begitu saja saat dia mendengar pertanyaanku tadi.

"Aku bercanda kok," kataku memecah keheningan lalu kembali memakan es krim ku.

Mark masih terdiam, aku rasa dia memikirkan pertanyaanku tadi.

Aku menggenggam tangannya, membuatnya menatapku. Lalu aku tersenyum manis padanya, mengatakan seolah semuanya akan baik-baik saja. Dia mengeratkan genggaman itu, lalu mulai mengangkat sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman.

Bisakah waktu berhenti sekarang juga? Aku ingin seperti ini seterusnya, bersama Mark.






Halo guys^^
Masih ada yang nungguin cerita ini gak sih?  Udah lama banget aku gak up huhuu

Walaupun gak ada yang nungguin cerita ini lagi,  aku bakal tetep lanjutin samapai end.

Jangan lupa votmennya yeorobun ^^

"Kita masih natap langit yang sama, Ra"
Mark Lee

MY BOYFRIEND || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang