❝Ada orang yang siap dengerin lo cerita, ada orang yang nyediain bahu kalo lo pengen bersandar, ada orang yang siap ngelindungin lo kalo lo butuh perlindungan.❞
-Undecided-
Dycal menghela nafas, terdiam sesaat membaca situasi. Mungkin ini waktu yang tepat. Dycal menatap Nafta. "Sepengetahuan lo, siapa cowok di sekolah kita yang suka ngadoin cewek buah apel?"
Ha?
Nafta mengangkat alis. "Emangnya ada?" tanyanya seraya berpikir. Kemudian, seakan tersadar sesuatu ia jadi menatap Dycal dengan mata memicing. "Oh, gue ngerti sekarang. Jadi itu alasan lo berenti jalan di koridor lantai dua hari itu? Lo denger Alvin sama Jojo ngomongin soal buah apel?"
"Iya."
"Emangnya kenapa sama buah apel? Ada masalah? Whats wrong with an apple fruit?"
"Cia pernah cerita sama gue," sahut Dycal sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. "Dia sering dikasih hadiah sama cowok. Mulai dari coklat, boneka bahkan bunga-"
"Nggak heran, sih. Anak pemandu sorak sekolah kita emang se-famous itu." potong Nafta mengangguk-angguk.
Dycal menjitak kepala Nafta. "Jangan motong omongan gue."
"Ish, yaudah lanjut."
"Dari sekian banyaknya cowok yang ngasih dia hadiah, ada satu cowok yang justru ngasih dia buah apel, tiap hari." kata Dycal.
Nafta memijit pelipisnya. "Gue kok nggak nemu letak keanehannya, ya? Emangnya kenapa kalo dia ngasih Cia buah apel? Mungkin tu orang pengen beda aja, lagian, zaman sekarang ngasih boneka atau coklat ke cewek udah terlalu mainstream."
"Ck, coba sekali-kali berpikir out of the box. Oke, kalo dia ngasih Cia buah apel dengan alasan mau beda dari yang lain. Tapi perlu lo tahu, setiap hari dimana adek gua nemuin apel di lacinya, dia selalu ngerasa ada yang ngikutin dari toilet siswi lantai dua."
"Maksud lo... penguntit?"
Dycal mengangguk. "Cia ngerasa di sekolah selalu ada yang ngikutin dia, tapi dia nggak tahu orangnya."
"Toilet siswi lantai dua, ya? Tu toilet asli horor banget sih, makanya waktu itu pas lo mau buka langsung gue larang, takutnya ada apa-apa." sahut Nafta.
"Kenapa lo bilang toilet itu horor tapi lo berani masuk ke sana malam itu?"
Pertanyaan Dycal sukses membuat Nafta menggaruk pipi. "Gimana... ya, soalnya gue nggak takut sama hal gituan sih. Ditambah lagi malam itu gue kebelet banget dan toilet yang deket cuma itu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Teen Fiction❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞ Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya yang biasa ke sekolah swasta bergengsi di kotanya itu. Sebuah teka-teki yang setiap malam selalu me...