22. UNEXPECTED

7.7K 1.6K 903
                                    

❝Jangan asal menghakimi seseorang​ jika kamu tidak tahu bagaimana cerita dari sudut pandangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan asal menghakimi seseorang​ jika kamu tidak tahu bagaimana cerita dari sudut pandangnya.

-Undecided​-

Sesuai kesepakatan, malam itu mereka berlima memutuskan berkumpul dan berniat mendatangi tempat​ di mana ada ruangan​ yang kuncinya telah diberikan oleh Pak Samuel kepada putranya, Benzana Alevan.

Saat ini mereka sedang ada di mobil milik papanya Ben. Tadi ketika ingin berangkat, mobil Ben tiba-tiba mengalami ban bocor. Maka dari itu, ia memakai mobil Sang Papa atas saran dari pria itu sendiri​. Ben duduk di kursi pengemudi sembari menyetir. Di samping Ben, ada Dycal. Sementara itu, di belakang ada Nafta, Lyla dan Fero.

"Kalian inget pesan yang dikirim unknown number tadi sore?" tanya Nafta. "Temui​ kami di tempat​ tak terduga, pukul tujuh malam. Itu isi pesannya. Dan saat ini jam udah nunjukin​ pukul​ enam lewat lima menit, Om Samuel ngasih kita alamat."

Lyla mengangguk-angguk, langsung paham. "Bener, kayak kebetulan banget. Gue jadi curiga, jangan-jangan yang ngirim pesan itu ternyata bokapnya Ben?"

"Nggak, nggak mungkin bokapnya Ben." Dycal bersuara. "Gue malah lebih curiga kalo yang ngirim pesan itu adalah 'beberapa orang'​ yang disebut​ bokapnya Ben bakal ngebantu kita hari itu."

"Gue satu pemikiran​ sama Dycal," sahut​ Fero.

"Tapi mereka siapa, si?" tanya Nafta, menggaruk-garuk​ pipi. "Lo nggak niat ngelacak nomer mereka gitu, Fer?"

Fero menggeleng, "Udah gue coba, tapi nggak bisa."

"Kok bisa gitu, sih?" tanya​ Lyla dengan raut wajah penuh tanya. "Emangnya ada, ya, cara supaya lokasi ponsel kita nggak kepantau?"

Fero mengangguk, "Ya ada, lah. Salah satunya pake peramban dari URL account​ google. Itu laman web yang bisa digunain untuk ngendaliin pelacakan informasi pribadi. Terus, non-aktifin pelacakan lokasi di bagian location​ history."

"Gue nggak ngerti, gue nggak paham." Nafta menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, kini memilih menikmati kentang goreng yang tadi dibelinya.

Lyla yang juga tak paham akhirnya ikut-ikutan merapat ke Nafta, meminta kentang goreng milik cewek itu.

"Ikutin alur aja, yang penting kita datengin dulu tempatnya," sahut Ben. Cowok itu mengernyit sesaat melihat​ jalanan yang ia lalui. "Ini cuma​ perasaan​ gue doang​ atau emang bener kenyataannya, ini jalan kayaknya familiar."

Di belakang, Fero mengangguk​-angguk. "Ini bukannya arah yang sama ke rumah lamanya Vika?"

"Masa si?" tanya Lyla. "Gue nggak pernah ke rumah Vika yang lama​ soalnya, dia kan pindahan ke rumahnya yang sekarang​ pas masih kelas sebelas awal. Sedangkan pas kelas sepuluh, gue belum terlalu akrab."

UndecidedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang