24. EUPHORIA

7.9K 1.6K 972
                                    

❝Penampilan luar hanya tipuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penampilan luar hanya tipuan. Ada orang yang masih​ bisa tersenyum​ manis, padahal jiwanya tengah terluka dengan sadis.❞

-Undecided​-

Renata menangis, terduduk di tengah-tengah mereka.

"R-Ren?" panggil​ Vika, dengan suara bergetar. Wajahnya bingung setengah tak percaya, tapi melihat keadaan Renata yang menangis membuatnya jadi​ merapat​kan​ bibir.

Hening.

Vika terduduk pada kursi di dekatnya sambil memijat kepala. Sementara​ itu, Lyla tak bergerak sama sekali dengan​ tatapan​ mengarah pada Renata. Begitu juga dengan Venus, cewek itu diam seribu bahasa.

Ben selaku orang pertama yang menemukan benda itu kini mengusap wajah gusar, tak bisa berkata-kata. Dycal dan Vazo memilih diam, meski sebenarnya juga terkejut mereka​ tak tahu harus bereaksi seperti​ apa. Adit dan Farhan yang biasanya asal nyablak tanpa pikir panjang kini juga terdiam.

Fero menyandarkan punggungnya pada tembok. Ia mengeluarkan remote control dari saku dan memencet salah satu tombolnya sehingga membuat semua dinding kedap suara luruh secara otomatis. "Coba jelasin, Ren," suruh Fero.

Fero yakin semua yang ada di ruang kelas saat ini memerlukan penjelasan dari cewek itu.

Renata menggeleng, menangis sesenggukan.

Oci yang masih terbawa emosi karena kejadian di lapangan tadi kini tersandar, menatap Renata​ dengan tatapan tak percaya. "Lo bercanda kan, Ren?"

Renata menggeleng.

"Nggak mungkin, lo pasti bercanda." Oci menggelengkan kepalanya, menolak percaya. Namun tangisan Renata semakin jelas terdengar, jelas sekali bahwa cewek itu sedang tidak bercanda​ seperti dugaannya. "Sama siapa?" tanyanya, memastikan.

Upik tersenyum lebar, merentangkan kedua tangan. "Mana mungkin​ Chef Renata biduan dangdut kelas kita kayak​ gitu, ya nggak? Ren, ayo bilang kalo ini cuma lelucon lo," katanya, meminta penjelasan dari Renata. "ITS A PRANK! IYAKAN? IYADONG!"

Tidak ada respon dari Renata. Cewek itu malah semakin menunduk dalam, menangis dengan​ pundak bergetar.

Upik merapatkan bibir, terdiam.

Oci menghela​ nafas, ia berjalan mendekati Ben dan mengambil benda putih dari tangan cowok itu. Matanya menatap kecewa pada dua garis​ merah yang muncul di sana. "Gue tanya sekali lagi. Lo becanda kan, Ren? Tolong​ jawab, jangan bikin kita semua salah paham."

Renata lagi-lagi​ menggeleng, air mata tak henti-henti membajiri pipinya. "Itu... punya gue,"

"Siapa​ orangnya?" tanya Oci sekali lagi.

"G-gue nggak tau,"

"Lo lagi ngelawak? Gimana bisa lo nggak​ tau secara lo yang ngalamin?" tanyanya kesal. Melihat​ respon Renata yang hanya menangis tanpa menjawab pertanyaan Oci, sontak membuat cowok itu emosi. Ia tertawa sumbang, melempar benda putih berukuran kecil yang disentuhnya tepat ke wajah Renata. "Kecewa gue sama lo, Ren."

UndecidedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang