05. COMEBACK

10K 1.7K 139
                                    

❝I can't distinguish between you and ice cream, both are cold but cause a sweet taste

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I can't distinguish between you and ice cream, both are cold but cause a sweet taste.❞

•••

BRAKK!!

"Astagfirullahaladzim la hawla wala kuwata!"

Yoshi alias Oci yang sedang sibuk mencontek PR Pkn terperanjat kaget ketika tiba-tiba sebuah sapu lidi dipukulkan ke mejanya, "Apa-apaan sih sattt?"

Nafta memukulkan sapu lidi dengan keras ke atas meja, untuk kedua kalinya. "Sat sat pala lu. Duit kas, siniin," katanya, menadahkan tangan.

Oci yang semula kesal kini malah nyengir, "Sabtu gue bayar deh, janji,"

"Lo udah nunggak tiga minggu, Ociiii!!!" geram Nafta, "Seminggu gue tagihan cuma dua kali, itu berarti lo cuma bayar empat ribu per-minggu. Sekarang utang lo-"

"Enam belas ribu totalnya kalo gue nunggak satu minggu lagi, oke," potong Oci, "Akhir bulan gue bayar, janji deh. Sekarang gue lagi sibuk. Please, nggak usah gangguin gue ya, bundahara?"

"Ck. Liat aja kalo akhir bulan nggak dilunasin, minggat lo dari kelas sini!" katanya, menghentakkan kaki bergerak menjauh-mencari mangsa yang lain.

Oci tertawa di tempatnya, "Minggat minggat lu kira ni kelas kos-kosan!"

"Upik," panggil Nafta, "Bayar kas atau gue pukul muka lo yang jelek itu pake ni sapu?"

"Body shaming anjir," Upik menghela nafas, mau tak mau mengeluarkan dua uang logam bergambar angklung dari sakunya, "Nih, dua rebu. Sisanya ntar,"

Nafta melongo, "Dua ribu??? Udah gitu bayarnya pake duit receh gini?? Lo nunggak delapan ribu nyet! Katanya holkay, bayar kas aja pake nunggak!"

"Ck ck ck, ATM gue disita bokap gara-gara bolos kemaren. Toleransi dikit kek, bun,"

"Makanya jangan bolos!" sahut Nafta galak, "Sabtu ini harus lunas, kalo enggak, minggat lo dari kelas ini!"

"Semuanya aja lo suruh minggat!"

Nafta tak mendengarkan Upik lagi, ia melanjutkan berjalan ke meja belakang.

"Abang Icalll yuhuuu..."

Mendengar itu, Oci dan Upik segera menoleh ke belakang. "Apaan tuh? Sok manis banget ke Dycal. Giliran ke gue nagihnya kayak malaikat maut, bengis dan kejam," kata Oci.

"Diskriminasi bangsat," umpat Upik, "Sebagai murid lama di kelas ini, gue nggak terima diperlakukan beda sama bundahara,"

"Bang Ical," Nafta menaikturunkan alisnya menatap Dycal, "Terhitung sejak tiga minggu lo sekolah disini, lo nggak pernah bayar kas. So, utang lo saat ini sebanyak dua belas ribu."

Dycal ingin mengeluarkan uangnya dari dompet, namun Nafta melarangnya sambil bilang, "Nggak papa, Cal, nggak papa kalo lo gak mau bayar sekarang. Kan siapa tau, uang lo lagi nggak ada, gue bisa pinjemin kok,"

UndecidedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang