❝Tidak ada yang menarik dari dirinya, tapi entah mengapa aku tertarik dengan sendirinya.❞
-Undecided-
Ben jelas menyadari bagaimana perubahan raut wajah Dycal ketika Nafta melangkah keluar menghampiri Joshua dan Alvin. Makanya, ia menepuk pundak laki-laki itu untuk menyadarkan. "Lo suka sepupu gue, ya?"
Dycal tidak menyahut, hanya merespon dengan alis terangkat kemudian tersenyum samar menggelengkan kepala.
Pertanyaan Ben sontak membuat mereka yang ada di sekitar meja Fero langsung mendelik. "Dycal suka Nafta? Nggak salah nih?" tanya Vika.
"Ck. Siapa sih, yang nggak suka bundahara?" kata Adit dengan senyum jahil. "Dia itu salah satu bibit unggul di kelas ini. Meskipun sedikit tepos, dia tetep cantik."
"Berarti lo suka Nafta, dong?" tanya Lyla. "Pacarin aja, Dit."
Adit bergidik. "Gue nggak mau jadi korban selanjutnya njir. Joshua yang pinter plus ganteng kayak Kao Jirayu aja dia putusin seenak jidat, gimana sama gue yang cuma ampas?"
Ben tertawa. "Kayaknya bukan itu pokok masalahnya. Yang jadi inti masalah justru si Nafta mau apa enggaknya sama lo."
Adit hanya mencibir kemudian ikut menatap Dycal curiga. "Btw, Cal. Serius lo suka sama Nafta?"
"Kebalik njir, Nafta yang suka Dycal." ralat Fadya. "Dia sendiri yang bilang ke gue waktu awal-awal Dycal pindah ke sini."
Farhan bedehem. "Gue penasaran deh, Cal. Sejak kapan lo deket sama Nafta?"
"Nah itu tuh, gue juga mau nanya." Fero langsung menyambar, keluar sudah jiwa lambenya. "Sampe jalan berdua di lorong sekolah malem-malem njir, ngapain? Berduaan doang lagi, padahal di atas anak-anak pada sibuk party."
Vazo mendelik curiga. "Mungkin sejak hari itu... hmm," gumamnya sambil mengingat-ingat beberapa waktu lalu Nafta bercerita bahwa dirinya pernah ke rumah Dycal hujan-hujanan sepulang sekolah.
"Hari itu apaan?" tanya Fadya walau berikutnya cewek berkulit putih itu malah mengumpat karena lagu yang diputar oleh Oci merusak gendang telinganya. "Anjir si monyet matiin dulu napa sih itu lagu terngiang-ngiang banget, astaga!"
"AKU BUKAN BONEKAMU, BISA KAU SURUH-SURUH DENGANN SEENAK MAUMU!"
Mengabaikan teriakan Fadya- Renata, Oci dan Upik malah berjejer membentuk formasi sambil bernyanyi heboh, "AKU BUKAN BONEKAMU BISA KAU RAYU-RAYU!"
"KALAU KAU BOSAN, PERGI DAN MENGHILANG!"
Oci si cowok jangkung berjoget dengan pinggul lenturnya. "Sempet trending nomer satu di youtube woy, ngalahin teteh lady gaga. Yok marii joget bareng!"
Renata mengangguk mengiyakan sambil mendorong-dorong kepala Upik. "UPIK BUKAN BONEKA, BONEKA, BONEKA!"
"Ck." decak Ben sembari memijit pelipis, mencoba memaklumi kegilaan orang-orang di kelas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Novela Juvenil❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞ Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya yang biasa ke sekolah swasta bergengsi di kotanya itu. Sebuah teka-teki yang setiap malam selalu me...