12. EQUINOX

9.7K 1.6K 705
                                    

❝Nggak ada yang nggak mungkin, siapa pun bisa berpotensi jadi pengkhianat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nggak ada yang nggak mungkin, siapa pun bisa berpotensi jadi pengkhianat.❞

-Undecided​-

"BARA BERE BARA BARA BERE!" suara cempreng Renata memenuhi penjuru kelas. "PUNYA PACAR KUDU BARA BERE!"

Entah sejak kapan mantan anggota inti pemandu sorak itu berganti profesi jadi biduan dangdut. Yang jelas, sekarang Renata asik berjoget di belakang kelas bersama Oci dan Upik.

"BATA BETE BATA BATA BETE PUNYA PACAR NGGAK BARA BERE!" sambung Oci dengan pinggul bergoyang.

"Minyak wangi abis, bedak sudah abis, kuotaku juga abis-" giliran Upik bernyanyi mengulang lagunya dari awal. "Yang kutunggu-tunggu, panah asmaramu, belum kau kirim jugaaaaa!"

"Jangan pelit-pelit sayaaaangg kalau kamu memang sayaaaaa aaaa aaaaaaanggg."

"Engkol sanaakkk!"

"TAMBAHE LAGE!!"

"YO SEMUANYA SIBAD LOVERS GOYANG TERONG SAMA-SAMA!"

"BARA BERE BARA BARA BEREEEE PUNYA PACAR KUDU BARA BEREE-"

Tap.

Adit yang duduk di dekat pengeras suara menghela nafas jengah, langsung mencabut kabel dari stop kontak. Membuat alunan lagu dangdut koplo Siti Badriah - Bara Bere yang semula bergema terhenti seketika.

Upik melempar sapu. "Anjir tai, ngapa lo matiin sat?"

"Iya apaan sih, Dit. Orang lagi konser malah dimatiin, ganggu aja!" sambung Renata tak terima.

Sementara Oci malah merangkul Renata, curi kesempatan dalam kesempitan. Cowok jangkung itu berbisik, "Sabar, nanti kita karaokean di tempatnya mbak Inul."

"Lo bertiga bisa diem dulu nggak?" suara Ben yang terdengar serius membuat semuanya menoleh ke depan kelas, dekat papan tulis.

Ben berdiri sambil bersandar di papan tulis. Di dekatnya ada Nafta yang duduk di kursi guru, sementara Dycal duduk di tepi meja guru dengan kedua tangan terlipat di depan dada.

"Hmm, okedeh. Gue ngerti situasi ini," kata Renata perlahan ikut maju ke depan, berbelok sebentar untuk menutup pintu kelas rapat-rapat. "Jadi, apa yang mau kita bahas?"

Suasana di kelas itu tiba-tiba hening, tidak rusuh seperti biasa.

"Fer, atur ruangan jadi kedap suara." perintah Ben. "Jangan sampe bahasan kita kedengeran sama kelas lain."

Fero di pojok kelas kini menghela nafas dan mulai mengeluarkan remote dari saku seragamnya. Ia memencet tombol, seketika gorden berwarna hitam luruh menutupi semua ventilasi udara dan jendela kelas, membuat suasana di kelas itu jadi gelap padahal sekarang baru jam sepuluh pagi. Jika dilihat dari luar, sekilas hanya seperti gorden biasa, namun sebenarnya itu adalah gorden peredam suara yang hanya dimiliki oleh kelas bobrok ini.

UndecidedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang