❝Every meeting brings curiosity. Every curiosity brings a sense of attraction.❞
-Undecided-
Anak laki-laki berusia delapan belas tahun itu turun dari kamarnya dengan seragam sekolah acak-acakan, tapi anehnya ia tetap terlihat tampan mengenakan seragam tanpa digosok itu. Ia langsung menuju meja makan untuk sekedar mengambil roti dan mengolesinya dengan selai nanas sebagai sarapan pagi ini.
"Abang udah mau berangkat?"
Gerakan tangannya yang sedang mengolesi roti dengan selai tiba-tiba terhenti. Ia menoleh sekejap pada orang yang mengajaknya bicara kemudian mengangguk. "Iya, Ma."
Viena-wanita yang telah melahirkannya itu kini tersenyum simpul kemudian mendekati sang anak, tangannya terulur untuk membenarkan kerah kemeja putranya yang tidak rapi itu, "Abang tuh mirip banget sama papa, suka nggak rapi."
Selalu saja mamanya seperti itu.
Ia segera membuang muka. Buru-buru menghabiskan kunyahan rotinya, kemudian menyalimi tangan sang mama, "Dycal berangkat dulu, Ma."
Mamanya tersenyum hangat, "Izin dulu sama papa kamu, ya? Kayaknya papa kamu masih ada di teras nungguin adik kamu,"
Anak laki-laki bernama Dycal itu tersenyum kecut-walaupun akhirnya mengangguk, tak ingin membuat hati mamanya semakin sakit, "Iya, mama jaga diri baik-baik."
Setelah mengatakan itu, ia berjalan ke arah luar meninggalkan mamanya di dapur. Langkahnya terhenti di depan sebuah kamar di samping kamar tamu, ia menatap datar pintu kamar berwarna pink di hadapannya. Itu kamar adiknya. "Lo pernah bilang gak bakal nyusahin gue lagi, tapi yang ada lo malah bikin hidup gue makin berat, Dek."
Merasa bicara sendiri di depan pintu tanpa menatap wajah adiknya langsung adalah sebuah kesia-siaan, ia berdecak kemudian kembali melangkahkan kaki ke luar rumah. Ia mengeluarkan ninja hitamnya dari garasi. Tak lama setelahnya, ninja hitam itu sudah melaju meninggalkan pekarangan rumah dan kawasan komplek perumahan.
Dengan kecepatan di atas rata-rata, maka hanya dibutuhkan waktu sepuluh menit untuk Dycal dan ninja hitamnya memasuki gerbang sekolahnya, SMA Global Mandiri- sekolah yang baru saja ia tempati sekitaran dua minggu yang lalu.
Dycal murid baru. Tapi dengan kulit putih bersih, wajah tampan serta rahang yang tegas membuatnya dikenal banyak orang dengan begitu cepat. Bahkan ada beberapa cewek di kelas yang mendekatinya dan secara terang-terangan menyatakan suka. Tapi sayang, Dycal terlalu sibuk untuk sekedar memikirkan hal demikian.
Lagipula, tujuan ia pindah ke sekolah ini bukan karena ingin belajar dengan serius ataupun mengejar cewek cantik. Ia punya tujuan lain, ada beberapa pertanyaan dalam hidupnya yang harus ia temukan jawabannya. Kuncinya adalah dengan cara pindah ke sekolah ini.
"Pagi, Bro." Seseorang menepuk pundak Dycal ketika cowok itu memarkirkan ninjanya di parkiran sekolah. "Masih pagi udah ngelamun aja lo! Kesambet ntar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Teen Fiction❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞ Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya yang biasa ke sekolah swasta bergengsi di kotanya itu. Sebuah teka-teki yang setiap malam selalu me...