❝A clever person solves a problem. A wise person avoids it.❞ - (Albert Einstein)
-Undecided-
Sebuah gedung tunggal yang menjulang tinggi berdiri kokoh dengan jarak tempuh 400 meter dari belakang gedung sekolah itu menjadi tujuan mereka. Bangunan tua dengan cat yang telah terkelupas serta dikelilingi oleh tumbuhan merambat di dinding dan undakan tangganya itu tentu saja menimbulkan kesan horor bagi orang yang mungkin baru pertama kali mengunjunginya.
"Yakin ini tempatnya?" tanya Fadya sambil menggaruk pipi. "Kok serem sih anjir?"
Nafta yang berada di samping Venus mengangguk, "Kalo bukan ini, gedung yang mana lagi coba? Bang Ical sama yang lainnya kayaknya udah di dalem."
"T-tapi kok nggak kedengeran suara apa pun, ya?" Lyla merapat ke samping Nafta. "Mana Fero nggak bisa dihubungin, lagi. Awas aja kalo hapenya dia mode pesawat-in, gue gibeng tuh anak!"
"Cihh, emang lo berani?" Vazo mencibir. "Udah bucin kelas kakap anjir, nggak yakin gue."
Lyla mendelik malas.
"Gue inget waktu kelas sepuluh pas kita perjusami, jurit malemnya ke sini. Tempat ini dijadiin POS 6 tes psikotes," Upik malah curhat. "Waktu itu gue barengan sama Adit anjir, Adit hampir kencing gegara ketakutan!"
Adit yang berada di belakang Upik lantas menepuk kepala cowok itu, "Jangan ngadi-ngadi, Nyet! Bukannya waktu itu lo yang lari ngejar gue gegara pohon pisang lo kira pocong?"
"Eh eh gue inget waktu itu gue dikerjain kakak panitianya, disuruh nyari bantara pake acara ngajak ngobrol pohon mangga segala. Stres emang!" Farhan turut menyahut.
"Lo disuruh ngajak ngobrol pohon mangga?" tanya Oci pada Farhan yang langsung mendapat anggukan dari cowok itu. "Lo nggak tau aja, waktu itu gue disuruh kakak panitianya gombalin temen di samping pake gombalan yang nggak pernah orang lain pake."
"Terus terus? Gombal gimana anjir?" tanya Farhan penasaran.
Oci berdehem, "Kebetulan waktu itu gue abis makan buah mangga dalem tenda. Yaudah kepikiran, kan. Btw, waktu itu temen jurit di samping gue si Venus." Cowok itu kini melayangkan tatapannya pada Venus yang sedang memegang senter dengan tatapan jengah. "Waktu itu gue nanya Venus, jika buah mangga dengan berat 1kg jatuh dari pohon dengan ketinggian lima meter di atas permukaan tanah, maka berapakah nomer whatsapp-mu?"
Vazo membuat gerakan ingin muntah, "Pasaran banget, tai lo."
"Abis itu Venus jawab apaan, Ci?" tanya Adit.
"Boro-boro dijawab," sahut Oci sembari mengelus dada. "Dia malah jawab pertanyaan gue pake rumus fisika energi potensial. Gila!"
"Bukan Venus yang gila, lo nya aja yang bego." Fadya mencibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Teen Fiction❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞ Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya yang biasa ke sekolah swasta bergengsi di kotanya itu. Sebuah teka-teki yang setiap malam selalu me...