❝Orang yang kelihatan baik-baik aja di depan semua orang nggak menjamin kemungkinan dia masih 'baik-baik aja' ketika sendirian.❞
-Undecided-
Tebakan Fadya mengenai hujan turun beserta gledek ternyata memang benar adanya. Terbukti dengan jatuhnya ribuan atau bahkan jutaan hingga milyaran rintik air dari langit yang kini menyentuh bumi. Air hujan kini mulai beradu dengan tanah membuat sebuah aroma khas yang menyelisik pelan memenuhi rongga penciuman. Aroma unik yang sulit diterjemahkan namun juga menyejukkan.
Orang-orang biasa menyebutnya dengan istilah yang berasal dari bahasa yunani yaitu petrichor- aroma yang muncul saat hujan.
Nafta mendengus pelan, mengusap hidungnya yang memerah. Ia buru-buru meletakkan helmnya di kaca spion kemudian menyusul Dycal berjalan ke teras rumah.
Mereka benar pulang bersama, walaupun menggunakan kendaraan masing-masing. Dycal dengan ninjanya sementara Nafta dengan pcx-nya.
Hari yang sial untuk Nafta. Jika saja ia berangkat menggunakan mobil tadi pagi, ia tak akan kebasahan seperti ini. Di tambah lagi, Nafta sama sekali tidak membawa jaket atau sejenisnya.
"Lo basah kuyup," kata Dycal menatap Nafta yang kini kedinginan dalam kondisi basah seperti tikus yang baru tercebur ke dalam got. "Tunggu disini bentar, gue ambilin handuk."
Nafta mengangguk. "Makasih, Cal."
Cowok itu kemudian masuk ke dalam meninggalkan Nafta sendirian. Nafta bersenandung pelan sembari melihat-lihat sekitar halaman rumah Dycal.
Gerbang menjulang tinggi tanpa ada satpam yang berjaga. Halaman yang cukup luas lengkap dengan taman penuh bunga, namun entah kenapa malah terasa menyeramkan. Seakan ada hawa yang berbeda namun apa itu Nafta tidak tahu.
Suasana disini sepi.
Meskipun Nafta terbiasa hidup seorang diri di apartemennya, ia tak pernah merasakan sepi yang seperti ini.
"Nih,"
Nafta menoleh sedikit terkejut, ia segera menyambut handuk putih yang disodorkan Dycal.
"Handuk doang kayanya nggak bisa bikin lo ngerasa hangat," kata Dycal, cowok itu kembali menyodorkan sesuatu berwarna abu-abu. "Ganti seragam lo terus pake ini."
Nafta mendelik, "Apaan tuh, Cal?"
"Hoodie." jawab Dycal. "Agak over size sih, kegedean kayaknya."
"Punya lo?"
Dycal mengangguk.
Nafta tersenyum semringah kemudian tanpa aba-aba langsung merampas hoodie itu dari tangan Dycal. "Dimana gue bisa ganti?"
Dycal membukakan pintu rumah dan menyuruh Nafta mengikutinya. Tentu saja Nafta mengikuti cowok itu dengan senang hati. Kapan lagi memangnya ia bisa memanfaatkan kesempatan di saat Dycal lagi mode baik begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Undecided
Teen Fiction❝Riddle was made to be solved, are you ready to solve it together?❞ Bukan tanpa alasan murid sepintar Dycal Alvredo memutuskan pindah dari sekolahnya yang biasa ke sekolah swasta bergengsi di kotanya itu. Sebuah teka-teki yang setiap malam selalu me...