3; Story Instagram

2.7K 444 235
                                    

Ryujin memang terkenal sinis di kampus, ia bukan gadis yang mudah bergaul apalagi dengan kalangan biasa. Bukannya dia sombong atau gila harta, tapi gadis berambut sebahu itu sudah biasa hidup elegan sejak kecil.

Percintaannya tidak pernah kandas dari SMP, mantan perdananya sangat tampan dan baik hati. Namun memang pikiran mereka masih anak-anak, perselisihan sering terjadi.

Wajahnya benar-benar dikagumi kaum adam, ia bukan sadgirl seperti gadis +62 biasanya. Benar-benar laku keras, tapi semua itu berhenti saat ia menyukai teman kampusnya, Beomgyu.

Ryujin sungguh senang cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, karena jujur saja itu kali pertama ia menyukai duluan. Biasanya lelaki lah yang mengejar. Namun semua itu sirna seketika saat Beomgyu datang untuk memberitahu mulai saat ini mereka tidak boleh baper satu sama lain, entah apa alasannya.

Sekitar dua bulan lelaki itu menghindari Ryujin, tapi di bulan selanjutnya hubungan mereka membaik. Setelah lama jauh, ternyata Beomgyu harus mencari uang untuk biaya hidupnya dan keluarga, ia tidak ada waktu untuk bucin dengan Ryujin.

Sesungguhnya, gadis itu sangat ingin membantu. Sayangnya, Beomgyu menolak dan munculah desas-desus Ryujin dan Jaemin berkencan di base kampus.

"Gyu... Gue sayang sama lo! Kapan sih sedikit aja lo lihat di sini ada yang masih nunggu?!"

Air mata Ryujin menetes bersamaan dengan hujan yang mengguyur Taman malam itu. Ia baru saja pulang dari kumpul UKM sore tadi. Namun pandangannya malah menangkap pujaan hati sedang bersama dengan gadis lain.

Masih berjalan pasrah untuk menjauhi lokasi, tubuhnya sudah tidak bisa berkompromi. Malamnya sungguh dingin, tidak ada deretan bintang atau terangnya bulan karena langit pun nampaknya ikut berkabung.

"Kenapa? Kenapa langit aja rasanya dukung gue buat sedih? Capek, gue capek..."

Baru saja termenung dari kekacauan, tubuhnya menegang tiba-tiba saat sepasang jaket denim hitam terpasang sempurna, dan tak lupa ada sepasang tangan yang menutupi kepalanya.

Ryujin menoleh ke atas berharap Beomgyu datang, tapi ia sadar bahwa dirinya dan Beomgyu memiliki tinggi yang sama. Tubuh tegap yang melindunginya dari tetesan hujan jelas lebih tinggi. "H—hah?"

"Hehe kata mamah saya gak baik anak perawan jalan sendirian, apalagi pas hujan. Neng, kalau galau teh berbagi bisi nanti ada yang lewat terus kesurupan kan gak ada yang tahu."

Benar-benar di luar nalar, gadis itu tidak terlalu mengenal sosok lelaki dengan cengiran khasnya yang lebar, bahkan ia sampai ilfeel. Namun kali ini ia malah dibantu oleh lelaki itu, Na Jaemin. Dari ribuan orang di Bandung, hanya dia yang peduli.

Mereka hanya saling menatap satu sama lain tanpa ada yang membuka suara lebih lanjut dan membuat Jaemin canggung, akhirnya lelaki itu mengalah "ayo?"

"Ayo?" Bingung Ryujin. Jaemin mengangguk dan menarik pelan lengan gadis itu "ayo ikut aja."

Ryujin mengikuti langkah Jaemin ke suatu gang sempit yang dihuni beberapa gerobak makanan dan minuman seperti mie rebus dan bajigur. Gadis itu tertegun, ia tidak biasa makan dengan keadaan seperti ini. "Ke mekdi aja bisa enggak?"

Jaemin tertawa pelan, hujan sudah mulai reda membentuk rintik-rintik kecil gerimis. "Kalau saya bawa kamu ke mekdi, terus ngapain atuh kamu capek-capek ke Bandung gak menikmati khas Jawa Barat?"

"Yeu emang lo asli sini apa? Ngekos juga!"

"Enggak, saya mah di Cimahi. Tapi kan udah biasa, hidup itu harus hemat neng karena hemat pangkal kaya. Udah ayo!"

Setelah pertimbangan yang cukup matang, karena ternyata bau mie rebus yang menyeruak membuat perut Ryujin tidak tahan. "Ya udah deh tapi gue mau satu berdua aja, takut gak habis. Kan hemat pangkal kaya!"

 𝐁 𝐀 𝐍 𝐃 𝐔 𝐍 𝐆 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang