part 6 [karma dan masa lalu indah II]

56 8 0
                                    

Ternyata dia itu Bagus, dia kali ini memakai jaket untuk menutupi seragamnya, namun celana loreng dan sepatu PDL nya tidak akan pernah bisa berbohong.

"Eh Mas ba, kok kamu disini? Lagi off jaga kah?" Aku sejenak melupakan buku Aku ingin jadi peluru yang tadi hendak ku protes kepemilikannya.

"Hehe, iya nih. Oh iya, ini buku Aku ingin jadi peluru milikmu, aku traktir" Dia menyodorkan buku itu sambil tersenyum.

"Eh ini beneran nih?" Aku sedikit tak percaya saat Bagus menyodorkan buku yang masih disegel plastik itu kepadaku.

"Yaiyalah, aku traktir kali ini" Dia tersenyum, senyumnya sangat manis sekali.

"Terima kasih banyak lho, untunglah Minggu ini aku bisa lebih hemat. Hehe" aku terkekeh sambil memasukkan buku pemberian Bagus ke dalam tas selempang ku.

"Kamu suka buku-buku kiri ama tentang aktivis juga?" Bagus bertanya pertanyaan yang cukup membuatku agak takut untuk menjawab. Jika saja yang bertanya itu teman-teman mahasiswa pasti aku akan langsung menjawab iya, lha ini yang bertanya itu seorang Tentara, mau bilang iya takut dibekuk, mau bilang tidak tapi aku tidak mau berbohong. Segera saja aku teringat dengan undang-undang yang mengatur bahwa mempelajari ideologi nya untuk pengetahuan itu tidak dilarang, aku segera menjawab pertanyaannya dengan mantap.

"Iya, memangnya kenapa? Kau suka juga?" Aku bertanya balik pada Bagus.

"Wah, bagus itu! Aku juga suka kok! Ga perlu takut, aku juga paham tentang itu, haha!" Bagus menyenggol pundak ku dengan sikunya. Ini cukup mengejutkan ku, karena aku kira ia akan menceramahi ku dengan kalimat panjang lebar yang berisi anjuran untuk menjauhi hal hal seperti itu, ternyata tidak.

"Bagus ngomong bagus, terima kasih lho. Aku tak menyangka ada tentara yang suka hal seperti itu juga"

"Haha iya iya, aku suka hal itu sejak SMA, aku tahu kalau mempelajari untuk ilmu pengetahuan itu tidak dilarang kan...aku juga tahu kalau kau tidak akan jadi komunis, karena aku pernah mendengar perkataan seorang ahli yang mengatakan Komunis yang baik adalah komunis yang mati"

"Dan Fasis yang baik adalah Fasis yang bertobat" aku melanjutkan kata-katanya. Aku juga tahu perihal kata-kata itu.

"Kau tahu juga rupanya"

"Tentu saja, teman teman ku banyak membicarakan hal itu"

"Mantap, bacaan kiri tidak membuatmu jadi komunis"

"Tapi jadi Anarko Sindikalis" aku mencoba mencandai Bagus.

"Kau anarko? Punya KTP tapi? Haha" dia malah balik mencandaiku.

"Bercanda, aku Pancasilais bung! Mana mungkin aku jadi anarko"

"Iya, tapi agak kiri, Haha!" dia tertawa sambil menyenggol bahu ku

"Pancasila kan memang kiri!" Aku menjawab

"Kata siapa??"

"Kataku. Barusan, hehe" aku terkekeh

Itu adalah awal dari kedekatan kami berdua,berawal dari aku ingin jadi peluru jadi aku ingin bersamamu. Haha! Aku bercanda saja. Semua itu berawal jadi aku ingin jadi peluru. Apa dia suka denganku? Entahlah, aku tidak terlalu memikirkan itu. Aku cukup senang bisa mendapat teman diskusi lagi.

Jadi setelah membeli buku di Pasar Kenari, Bagus mengajakku untuk makan di Restoran favoritnya, sebelumnya dia bertanya tentang tempat makan favorit ku, ternyata saat aku menjawab Warteg ,dia malah terkejut. Katanya sih, jarang-jarang menemui wanita yang suka makan di warteg, apalagi wanita nya secantik aku katanya. Halah dasar gombal! Ujung-ujungnya Bagus meminta nomor ponsel ku. Katanya sih untuk diskusi tentang kiri lebih lanjut lagi, ah modusnya bisa aja.

HerabagusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang