Hera POV
Aku menggoreskan cat akrilik ke lukisan Perempuan bergaun pengantin itu, aku berkali kali melihat ke foto perempuan yang memakai sanggul dan berpakaian adat Jawa yang sedang tersenyum manisnya, dia terlihat anggun dalam balutan kebaya dan kain lurik bermotif parang rusak yang menambah kesan anggun dan manis. Semakin lama aku memperhatikan fotonya, semakin aku merasa familiar dengan perempuan ini. Tampaknya aku pernah melihat foto ini sebelumnya.
Aku memeriksa tiap sudut foto dan mendapati tubuh seorang pria yang bertubuh lebih tinggi dan memakai beskap yang Ter crop, kenapa aku tidak menyadari ini sebelumnya. Ah sepertinya karena aku saat itu sedang tidak berkonsentrasi penuh jadinya hanya mengiyakan saja.
Aku mulai memperhatikan foto yang lain, yaitu foto pria yang merupakan customerku, Reno yang tampak mengenakan kemeja biasa dan sedang tersenyum sumringah. Aku mulai mencoba mengingat-ingat kata-kata pak Reno tentang lukisan yang diinginkan
Pak Reno bilang kalau ini adalah foto tunangannya yang meninggal, tapi dia memberiku foto perempuan yang memakai baju pengantin. Jika memang ini foto tunangannya dan sudah meninggal. Kenapa ada foto dia memakai baju pengantin?"Ah mungkin saja tunangannya ini seorang janda, dan itu adalah foto tunangannya dengan suami pertamanya" batinku berkata dan berusaha membuatku tetap berfikir positif.
TOK TOK TOK
"Ndien...mas masuk yaa" ketukan pintu dan suara mas Adit menyadarkanku dari lamunan.
"Masuk aja ganape" aku menjawab mas Adit sambil melanjutkan kegiatan melukisku.
KRIEETTT
"Nih mas bawain kamu cemilan favorit kamu ama matcha latte anget" aku melirik sedikit saat mas Adit mengatakan membawa camilan, aku melihat dia benar-benar membawa nampan berisi sepiring biskuit coklat dan dua gelas matcha.
"Asikk... makasih lho, tumben Baek banget Ampe bawain 2 gelas. Tau aja kalo gua pengen begadang"
"Heh, apa-apaan. Ini satunya buat gua tau"
"Weiss tumben-tumbenan. Ada apaan?'
"Gaada apa-apaan, emang pengen minum matcha aje sambil nemenin elu. Gua tau lu rada takut kan sendirian"
"Ya kagak sih sebenernya, deh biasa. Tapi...chakep deh kalo misalnya mau nemenin gua, emang besok lu libur?"
"Ya kagak lah, palingan kalo ngantuk gua bakal tidur dimari"
"Heyyy apa-apaan nih anda, seenaknya saja menempati markas saya"
"Becanda elahh...kalo ngantuk juga ntar gua cabut langsung ke kamar. By the way, lu lagi lukis apaan?"
"Biasa Customer" Aku menjawab sambil terus melukis, menambahkan warna, mencampurkan cat dan melupakan yang ada di sekelilingku, termasuk mas Adit.
"Nama Customernya siapa Ndien?" Mas Adit bertanya padaku dengan nada yang agak berbeda, pertanyaan ini sejenak menyadarkanku dari duniaku, aku menoleh ke arahnya dan mendapati mas Adit sedang memegang dua lembar foto itu dan memperhatikannya lekat-lekat, dia tampak serius sekali.
"Reno, memangnya kenapa?"
"Kalo cewek ini namanya siapa?" Mas Adit bertanya lagi dan raut wajahnya masih serius.
"Kata Reno sih itu namanya Risa, tunangannya yang Udeh meninggal"
"Apa Reno nyebutin tunangannya meninggal karena apa?"
"Enggak, dia cuman nyebut udah meninggal doang. Emangnye kenapa sih?"
"Gapapa, cuman nanya aje sih elahh" wajah mas Adit kembali normal, dia tersenyum jahil sambil menaruh 2 lembar foto itu lagi ke tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Herabagus
Romance[ON GOING] [UPDATE SETIAP KAMIS DAN MINGGU] [WARNING 18++] "Ku tunggu lulusmu dek" Bagus berkata sambil mengamit tangan Hera Kalimat janji sederhana yang akan terus membekas dalam hati seorang Hera. Namun, sayang seribu sayang. Janji itu tak pernah...