part 8 [berusaha menutupi masa lalu]

37 6 0
                                    

Hola, mohon maaf jam updatenya lewat dari jadwal biasanya
Oleh karena itu part cerita kali ini lebih panjang ya dari biasanya
Selamat membaca!

Bagus POV

Ternyata, itu adalah kawanku,pria berpostur tinggi tegap dengan wajah yang sedikit mirip dengan artis Mikel Lewis-namun versi agak kecokelatan- Tristan Syailendra. Dia datang dengan seragam PDL tentara lengkap dan membawa serta kantong plastik yang aku tidak tahu apa itu isinya

"Eissss MasBro! Gimana keadaannya? Udah mendingan?"

"Syukurlah puji Tuhan, mulai mendingan lah ya, cuman mesti disini dulu beberapa hari, abis itu rawat jalan 3 Minggu gaboleh banyak gerak, kemungkinan sih nanti gua ambil cuti" jawabku.

"Syukurlah kalo gitu, eh emang lu kenape sih bisa ampe kayak gini?" Tristan berbicara dengan logat Betawi nya yang khas.

"Biasa, ngebut gua"

"Lha lu kan biasa ngebut juga kok bisa sih"

"Lagi sue gua Tan, lagi banyak pikiran waktu itu"

"Baru aja pulang tugas Udeh kena musibah, emang pikiran ape sih gus? Sini dah cerita ama gw" Tristan menawarkan dirinya untuk menjadi pendengarku, dia terlihat sangat khawatir dengan kondisiku.

"Jadi gini, Istri gua hamil Tan---"

"Alhamdulillah, akhirnya lu dikasih momongan juga. Eh, bentar-bentar...lu kan baru pulang tugas selama 2 tahun, kok bisa???" Tristan yang awalnya sumringah jadi terheran-heran.

"Gua belom kelar ngomong Tan"

"Oh iya maap maap, hehe. Lanjut masbro" Tristan terkekeh dan memintaku untuk melanjutkan.

"Istri gua hamilnya ama Reno Tan" saat aku mengucapkan nama Reno, Tristan terlihat sangat terkejut dan syok.

"Lho seriusan Gus??? Ama si Reno Adiputra Agung temen SMA lu?? Lu ga bercanda kan" Tristan terlihat sangat terkejut.

"Iyalah Tan, emang Reno siapa lagi coba"

"Wah gila sih, temen makan temen. Udah punya Mella juga, Gaada bersyukurnya punya istri cantik jelita kayak gitu, istri teman sendiri diembat" Terlihat alisnya bertaut, rahangnya mengeras, dan urat urat nya terlihat saat berkata seperti itu, Tristan terlihat sangat marah saat mengetahui.

"Gua juga gak tau Tan, apa mungkin ini salah gua juga yang engga pernah manjain Risa secara psikis, gua kan sering ninggalin dia tugas Tan"

"Lha gabisa gitu dong, bukannya dia harus sabar ya ditinggal tugas. Kan sudah resiko. Sekarang Risa mana? Kok engga nemenin lu!?"

"Gak tau Tan, udah kabur kali. Gua mau nenangin diri dulu dari dia. Gua kayak gini kayaknya cara Tuhan buat ngejauhin dia sementara waktu sambil menenangkan diri"

"Iya sambil ngeistirahatin badan juga ya Gus" sahut Tristan dengan Sarkastik.

"Haha iya gitu deh Tan"

"Aish aish, oh iya gw udah bawain lu buku nih buat peneman lu dikala masa penenangan diri" Tristan berkata sambil menyerahkan kantong plastik yang sedari tadi dibawanya.

"Wah buku apa tuh?" Tanyaku penasaran.

"Coba aja buka"

Aku membuka kantong plastik dan mendapatkan 2 buku antologi puisi. Yang satu memiliki sampul gambar gambar serba pink dan di tengah-tengah nya terdapat bunga mawar yang memiliki garis garis emas dan dengan judul "Suara yang tak terbilang dari putri sang Cinta" yang ditulis seperti menggunakan tinta hitam yang bercampur dengan bubuk-bubuk berwarna perak-aku melihat kilauannya-, sedangkan buku satu lagi bersampul orang yang seperti tenggelam di kedalaman lautan dalam bernuansa putih abu-abu dengan judul "Gertak Mati Pengabdi Riang" yang dicetak dengan huruf besar berwarna hitam. Aku melihat dua buku ini ditulis oleh penulis yang sama yaitu, Rythe Syailendra. Nama belakang penulis ini mirip dengan nama belakang Tristan yaitu, Syailendra. Aku sedikit curiga kalau buku ini ditulis oleh salah satu keluarga Tristan dan Tristan memberiku buku ini dalam rangka promosi.

HerabagusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang