part 17 [Penyesalan yang datang terlambat]

31 2 0
                                    

"Tak apa, sebelumnya terimakasih mba Hera atas kerjasamanya"

"Sama-Sama Pak Reno, jika lukisannya sudah selesai sebelum waktu yang ditentukan. Saya akan mengabari Anda"

"Baik, ini untuk pembayarannya, saya langsung bayar Full nya ya mba"

"Lho, langsung full??"

"Saya percaya dengan Mba Hera"

"Terimakasih untuk kepercayaannya Pak Reno, saya akan mengusahakan yang terbaik untuk menyelesaikan ini"

"Sama-sama"

Meeting selesai, aku bisa kembali pulang ke rumah. Sebelum itu, aku harus membeli kebab untuk Ella.

•••

Bagus POV

Hari ini aku sudah bisa pulang dari rumah sakit. Tapi, entah kenapa aku tidak terlalu senang dengan ini. Aku merasa sangat kesepian, walaupun dirumah sakit juga kesepian tapi setidaknya ada dokter dan perawat yang bisa diajak ngobrol.
Aku mengambil buku puisi yang diberikan Tristan waktu itu, buku Antologi pertama yang diberikan Tristan sudah hampir selesai dibaca, tinggal satu bab terakhir yang berjudul "Titik balik untuk tumbuh". Aku penasaran dengan puisi-puisi yang ada di bab ini, kira-kira bagaimana ya? Daripada hanya mengira-ngira dan penasaran setengah mati. Aku membuka lembaran pertama bab terakhir sambil menyesap kopi hitam dan bersandar di kursi bambu yang ada di balkon depan rumahku

Aku pernah mencintai seorang bajingan

Baik
Semuanya baik
Tidak ada yang salah bukan?

Sopan
Sangat sopan
Pastilah dia sangat disegani

Luas wawasannya
Laksana Samudera
Dengan berjuta misteri di dalamnya

Namun...
Ingatlah jika Samudera itu punya palung yang dalam
Palung dalam yang tak pernah diketahui isinya
Seperti ia yang penuh tekanan di dalam relung hatinya

Harapan ia berikan
Kepastian ia janjikan
Tapi
Dialihkan semuanya
pada ia si masa lalunya
Yaa....
Naif memang

Baru kali ini aku lihat manusia tak berperasaan
Mencintai dengan otak
Tidak dengan hati

Hati ia kunci
Terlalu banyak tekanan
Membahayakan!

Kasihan sekali wanita yang dia nikahkan
Dicintai dengan naif
Semua karena keterpaksaan
Pertanggungjawaban atas apa yang sudah dilakukan
Janji yang harus ditunaikan

Jika kau tau kalau aku dan kamu tak dapat dipersatukan
Karena tanggung jawab janji pada seseorang
Yang kau emban namun disembunyikan
Lalu untuk apa kau berikan aku harapan?
Ah memang bajingan
Tak dapat dilupakan
Apalagi dimaafkan!

Rythe Syailendra
Jakarta. Minggu, 22 Maret 2020

Entah kenapa aku merasa kalau puisi ini seperti menyindir diriku. Aku kembali teringat dengan masa laluku itu. Ah sial! Kenapa sih harus teringat lagi.
Huh, sepertinya aku memang tidak akan pernah bisa terlepas dari Hera, aku memang bajingan. Seperti yang ditulis di puisi ini, puisi ini seakan akan menghantamku keras-keras dan menyadarkan betapa bajingannya aku. Aku sangat menyesal akan keputusanku dulu, ah aku memang bodoh! Melepaskan wanita paling sempurna di dunia ini, multi-talent, tangguh, ramah, baik hati, tulus, setia, dan cantik pula. Siapapun pria yang mendapatkannya pasti sangat beruntung, dan aku seharusnya jadi pria yang paling beruntung bisa mendapatkan nya. Tapi, aku malah menyia-nyiakannya dan lebih memilih wanita yang dijodohkan ayah ibuku. Padahal aku bisa saja membatalkan perjodohan itu dengan mengenalkan Hera kepada kedua orangtuaku, ah memang dasar aku bajingan. Malah tergoda dengan wanita yang dijodohkan padaku, padahal aku tidak benar-benar mencintai Risa. Aku mengingkari kata hati, aku terlalu cepat mengambil keputusan tanpa kupikirkan terlebih dahulu.

HerabagusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang