Aku menunggu dengan tenang di Cafe Borju sembari melihat-lihat ke sekelilingku, pelayan yang berlalu lalang, orang yang datang lalu pergi, tempat kosong yang mulai terisi, tempat terisi yang ditinggalkan lalu terisi lagi, semilir angin yang menghembus membawa terbang daun mangga dari yang pohonnya ditanam di depan Cafe untuk menambah rindang serta mengundang air liur untuk menetes karena ranum-ranum buahnya menggoda mata, aku hanya bisa memperhatikan dari kejauhan sambil menyeruput es teh jeruk nipis di depanku.
Cafe ini adalah tempat dia menyatakan cinta kepadaku untuk pertama kalinya. Sepertinya cafe itu akan menjadi saksi dari perpisahan antara kita berdua. Aku sudah merasakan firasat ini sejak lama, sepertinya dia tidak akan pernah bersamaku. Sifat kami berdua ternyata bertabrakan, menimbulkan banyak gesekan, status antara kami berdua pun hingga impian kami berdua pun berbeda jauh. Dia sepertinya memang mencari wanita yang bisa segera dinikahkan, tapi aku? Aku memutuskan untuk terus melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang Magister.
"Halo?" Aku mendengar suara yang familiar, aku segera tersadar dari lamunanku dan menoleh ke sumber suara, ternyata Bagus sudah datang. Aku segera membuka aplikasi Perekam suara di ponselku, dan meletakkan begitu saja di atas meja antara aku dan Bagus
Dia tersenyum canggung kepadaku lalu segera duduk di depanku dan melepaskan jaket biru dongker komunitasnya dan menyampirkannya ke kursinya."Jadi apa yang mau dibicarakan? Langsung saja" aku langsung mengatakan itu padanya, aku tidak ingin berbasa-basi, aku ingin cepat selesai urusannya hari ini agar aku bisa mengerjakan Skripsi dengan lega.
"Okay, Hera aku minta maaf-"
"Kalau kau sudah punya calon kan? Perjodohan yang kau terima begitu saja karena wanita itu lebih siap dinikahi, Anak Jenderal Angkatan Laut, dan juga sepertinya calon ibu rumah tangga yang baik" aku langsung memotong pembicaraannya sambil melihat ke arah bawah, dimana orang dan kendaraan berlalu-lalang di pinggir jalan.
"I-iya , maaf aku harus melaksanakan tanggung jawabku, yaitu patuh kepada orang tua ku" jawabnya.
"Aku paham mas, siapa juga sih yang tidak mau dijodohkan ama Wanita cantik, anak pelayaran yang lebih strong dari aku. Ah aku mah cuman orang biasa yang punya tekad untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2, aku harus berjuang menyamai kesuksesan kakak-kakakku yang masuk militer dan kepolisian"
"Hera, aku merasa aku tidak pantas untuk kamu, mas yakin kamu akan menemukan yang terbaik, dan lebih baik dari mas" dia berkata dengan sinar mata yang meredup, mata cokelat nya menggambarkan kegelisahan yang berlarut-larut, tapi aku yakin disitu juga dia berbohong, terlihat ada sinar picik di matanya yang tidak akan bisa terlihat kecuali yang teliti, aku tidak akan jatuh kedalam perangkapnya lagi.
"Mungkin, semoga aja, kalaupun engga juga gapapa, sepertinya memang ini takdirku, menjadi sendirian tapi tidak kesepian" aku berkata dengan sarkastik karena saking kesalnya.
"Bagaimana nanti dengan orang tuamu? Mereka kan juga ingin menimang cucu"
"Bisa adopsi"
"Menantu?"
"Bapak dan ibu lebih tau aku daripada kamu mas, kamu bersikap seolah-olah kamu lebih tau dari aku, berusaha menyetir aku!" Aku berkata dengan ketusnya.
"Bukan maksud mas begitu dek"
"Aku tau maksud mas, ingat mas, mawar sudah terbakar, tanda perdamaian sudah diubah menjadi tanda kebencian""Mas mohon kamu jangan dendam dek"
"Aku gabakal dendam kok mas, kalau benci itu pasti"
"Mas Itu bimbang dek sebelumnya"
"Apa di kebimbangan mas, mas sudah meminta bantuan tuhan untuk ditunjukkan yang terbaik?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Herabagus
Romance[ON GOING] [UPDATE SETIAP KAMIS DAN MINGGU] [WARNING 18++] "Ku tunggu lulusmu dek" Bagus berkata sambil mengamit tangan Hera Kalimat janji sederhana yang akan terus membekas dalam hati seorang Hera. Namun, sayang seribu sayang. Janji itu tak pernah...