Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
****
"Serius lo?" Suara tidak percaya dari Haechan terdengar sesaat setelah Jeno menyelesaikan ceritanya. Lelaki Berbadan seksi itu tidak percaya kalau Mindy memasukan obat perangsang kedalam minuman Jeno.
Kejadian tiga hari yang lalu tersebut di ceritakan oleh Jeno kepada Sahabat sekaligus Sekretarisnya itu saat mereka sedang menikmati makan siang di sebuah Cafe yang tidak terlalu jauh dari Ninefour H&R, perusahaan milik Jeno.
Sepupunya Mark, tidak ikut karena ada urusan pekerjaan di tempat lain.
"Apa gue keliatan seperti lagi bercanda?" Tanya Jeno dengan ekspresi datarnya.
Haechan menggeleng sambil memasukan satu potong daging sapi kedalam mulutnya. "Ya Nggak sih. Cuma gue masih gak percaya aja Mindy begitu. Gue rasa Mindy udah benar-benar Frustrasi sampai ngelakuin hal kaya gitu supaya lo mau nerima dia jadi pacar lo."
"Dengan melakukan itu, gue lebih memilih gak melihat mukanya lagi." Jeno menukas dengan sorot matanya yang tajam.
Setelah kejadian itu memang Mindy mendatangi Jeno di rumah Pria itu dan menanyakan kemana Jeno malam itu. Karena saat Mindy kembali dari toilet, ia tidak bisa menemukan Jeno dimanapun.
Gadis itu cukup terkejut saat Jeno tahu kalau dia memasukan obat perangsang kedalam minumannya. Jeno hampir berteriak pada Mindy, meminta wanita itu untuk pergi dari hadapannya. Mindy bahkan sampai menangis karena Jeno memintanya untuk tidak mengganggu dirinya lagi. Mungkin kalau tidak ada Ale, adik dari Jeno waktu itu, Mindy pasti akan mengejar Jeno yang memilih masuk kedalam kamarnya dan tidak mau keluar sampai Mindy pergi dari rumahnya.
"Mungkin ini juga salah lo Jen." Haechan berucap. Mulutnya penuh karena sedang mengunyah steak.
Satu alis Jeno terangkat tidak mengerti. "Salah gue gimana?"
"Lo terlalu cuek sama Mindy. Padahal kita berdua bahkan Mark aja tau kalau dia udah suka sama lo sejak di bangku SMA dulu."
"Gue gak perduli. Yang jelas apa yang dia lakuin itu benar-benar bodoh!"
Haechan memutar bola matanya malas. Jeno selalu seperti ini, terlalu cuek dan tidak perduli dengan sekitarnya. Hati Jeno juga sulit untuk di gapai.
Sulit untuk Mindy, tapi tidak dengan seseorang.
Saat Haechan pamit ingin ke toilet, Jeno lebih memilih melamun. Memikirkan seorang lelaki manis yang sudah menolongnya, yang bahkan baru sekali ia temui tapi tidak bisa ia lupakan begitu saja.
Jaevin Nalesha, lelaki manis dengan pembawaannya yang selalu ceria itu sukses menguasai pikiran Jeno sejak dari pertama mereka bertemu. Jeno bahkan masih mengingat rasa teh madu yang Nana berikan untuk membuat kondisinya membaik, juga nasi goreng buatannya yang waktu itu Jeno makan untuk sarapan.