34. come stai papà?

25.8K 3.9K 1.1K
                                    

Vote, comment and happy reading 💚

Vote, comment and happy reading 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Nana membuka kedua matanya waktu jam di dinding kamar Jeno menunjukan pukul satu malam. Si manis melirik bagian kanan ranjang yang masih di isi oleh Jeno.

Nafas pria itu begitu teratur menandakan kalau tidurnya sangat nyenyak. Mungkin efek kelelahan karena beberapa jam yang lalu ia bekerja keras untuk memberi dan menerima kenikmatan.

Nana mendekatkan diri untuk mencium Kening dan bibir Jeno sekilas sebelum bangkit dari tidurnya.

Ia sempat meringis,  pinggang dan bagian bawahnya terasa nyeri. Si manis mendengus. Ia lupa sebringas apa Jeno tadi waktu menggempur pusatnya. Bahkan Nana langsung tertidur setelah pelepasan yang ketiga kalinya. Tidak memperdulikan Jeno yang langsung mandi setelah pergulatan mereka di ranjang.

Tubuh Nana masih polos waktu ia keluar dari balik selimut. Berbeda dengan Jeno yang tidur dengan celana piyama satin walau tanpa atasan. Si manis berjalan tertatih kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, ia keluar dari kamar mandi dengan piyama pink bermotif hati. Nana melirik ke arah ranjang. Kekasihnya masih tertidur tidak terganggu dengan kegiatan Nana barusan.

Lelaki itu lalu memutuskan keluar kamar untuk menuju ke dapur. Nana lapar.

Si manis membuka kulkas di dapur rumah Jeno, ia sempat berpikir sebentar mau makan apa. Nana mengerutkan hidungnya. Ia lapar tapi tidak mau makan berat. Jadi pilihan terbaik adalah roti panggang dengan buah apel yang di potong-potong.

Nana membuat tiga roti panggang dengan dua buah apel sekaligus karena takut Jeno terbangun dan ingin ikut makan. Saat cemilannya sudah siap. Nana menaruhnya di nampan dengan segelas es kopi.

Ia berjalan kembali kekamar Jeno. Berniat untuk makan disana dari pada di dapur.

Waktu Nana masuk, Jeno masih tidur dengan posisinya sedikit berubah. Selimut yang tadi menutupi sampai ke dada sudah turun, membuat tubuh sempurna dengan otot perut yang menonjol itu terpampang.

Nana mendengus geli. Kekasihnya itu kalau tidur memang sedikit bar-bar. Tidak jarang setiap Jeno bangun di pagi hari bantal guling dan selimut sudah terkapar di lantai kamar.

Untung Jeno tidak pernah membuat Nana jatuh dari kasur dan terkapar di lantai. Yang ada Jeno membuat Nana terkapar langsung di atas kasur.

Si manis berjalan melewati tempat tidur menuju pintu balkon kamar Jeno. Ia membuka pintunya dan memutuskan menaruh makanannya di meja balkon. Udara malam ini cukup  panas. Nana tahu betul cuaca akhir-akhir ini sedang tidak bagus. Sebentar panas sebentar hujan.

Cuaca yang rawan membuat orang sakit.

Nana duduk di bangku yang ada di balkon sambil menaikan kedua kakinya. Ia mengambil satu roti panggang, memakannya sambil berdehem nikmat. Ah kalau sudah begini ia mana ingat kalau makan tengah malam itu bisa membuat berat badannya naik. Paling saat besok ia bangun dengan wajah sedikit bengkak Nana baru akan mengeluh dan menyalahkan makanan yang ia makan sebelum tidur.

Puzzle Piece (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang