17. Sukses?

30K 4.9K 1.9K
                                    

Vote, comment and happy reading 💚

Vote, comment and happy reading 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Jeno baru saja kembali ke Kamar Rawat Nana setelah Pria itu keluar untuk menemui Jeff dan Tiway yang tadi sudah kembali dengan dua Kartu Memori yang mereka dapat dari Sam.

Renjun tidak ikut kembali kerumah sakit karena dia mengeluh tadi kakinya sakit akibat menendang kejantanan Sam. Si mungil itu jadi langsung pulang.

Waktu Jeno masuk, Nana sedang duduk sendirian di sofa untuk memakai sepatunya. Jio sudah tidak ada disana. Dia tadi pamit pulang karena harus menutup Cafe.

Malam ini Nana sudah bisa pulang dari rumah Sakit. Sebenarnya tinggal beberapa malam lagi di sini tidak akan jadi masalah untuknya. Bagaimana tidak, kamar rawat yang Jeno pesankan untuk Nana ini sangat mewah dengan Fasilitas yang lengkap.

Nana bertanya-bertanya berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk satu hari dirawat di sini.

Saat Nana sedang membungkuk untuk memakai sepatu kanannya yang tersisa, Tangan lain terulur di sana. Menggantikan jari-jari Nana. Si manis mendongak, mata madunya menatap Jeno yang berjongkok di depannya. Memakaikan sepatu itu dan Mengikat Talinya tanpa mengatakan apapun.

Nana tersenyum. "Aku bisa sendiri Jeno."

"Aku tau kamu bisa sendiri, Nalesha. Tapi aku juga tau, perut kamu pasti masih sakit buat membungkuk, karena Dokter tadi bilang lebam di Perut kamu cukup parah."

"Aku udah gak apa-apa kok."

Jeno mendongak setelah selesai mengikat tali sepatu Nana. Wajahnya sangat serius waktu berkata; "Berhenti bilang kamu gak apa-apa. Aku tau kamu kesakitan. Pelipis kamu, pipi dan perut kamu yang lebam, Bibir kamu yang luka, Terlebih hati kamu. Dan itu semua jelas gak baik-baik aja. Kalau kamu sakit, kamu bisa bilang sama aku. Kalau kamu sedih, kamu bisa kasih tau aku. Jangan terbiasa bilang 'gak apa-apa' saat kamu jelas kenapa-kenapa."

Nana tertegun dengan ucapan Pria yang masih berjongkok di depannya itu. Selama ini memang Nana selalu hidup dibalik kata 'baik-baik saja'. Dia terlatih sejak kecil dari di mana ia kehilangan kedua orang tuanya.

Matanya dibuat kembali berkaca waktu Jeno melanjutkan; "Saat kamu 'sakit' kamu harus bilang ketika kamu sakit, karena itu satu-satunya cara agar Aku bisa menjadi obat buat kamu, Nalesha. Aku mau menyembuhkan 'luka' itu."

"J-jeno." Suaranya sedikit tercekat saat ingin memanggil nama pria itu.

Tiba-tiba saja Jeno mendekat. Memberikan satu ciuman panjang di kening Nana. Membuat yang lebih manis memejamkan matanya, merasakan kehangatan dari perlakuan Jeno.

Jeno pernah membaca di sebuah Artikel. Mencium Kening orang yang kamu cintai adalah sebuah simbol Janji yang tak terucap. Dan Jeno berjanji pada dirinya sendiri tepat saat bibirnya menyentuh Kening Nana, kalau ia tidak akan membuat Nana terluka. Ia berjanji akan menjaga lelaki manis itu.

Puzzle Piece (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang