36. Hidung patah

34.4K 3.9K 2.1K
                                    

Maaf kalo ada typo
Vote, comment and happy reading 💚

Maaf kalo ada typoVote, comment and happy reading 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Entah ini sudah keberapa kalinya Nana menghela nafas gusar. Mencoba melegakan dadanya yang seolah di tekan oleh sesuatu yang membuat ia tidak leluasa meraih oksigen di sekitarnya.

Si manis menaruh pisau yang sedang ia gunakan untuk memotong daging dengan cukup keras di atas meja saat handphonenya kembali berbunyi.

Staff dapur Nalesha's Cafe tidak ada yang berani berkomentar saat melihat sang atasan yang biasa ramah, penuh oleh kecerian hari ini terlihat mendung dan menyeramkan.

Terbukti dari ia yang mengambil HPnya di dalam saku celana dengan kasar, melihat layarnya sebentar sebelum memutar mata malas lalu memilih icon merah di layar handphonenya.

Lagi dan lagi ia menolak panggilan dari seseorang.

Nana kembali menghela nafasnya.

Bertengkar dengan Jeno ternyata semenyiksa ini.

Sudah terhitung lima hari sejak Nana memaksa turun dari mobil Jeno malam itu. Yang mana itu berarti sudah lima hari pula Nana tidak bicara dan bertemu dengan sang pujaan hati. Semua pesan dan Telpon dari si hidung mancung terus Nana abaikan.

Hatinya masih sakit akibat ucapan yang keluar dari mulut kekasihnya itu.

Dan lagi Nana cukup merasa kesal karena selama lima hari ini Jeno tidak mencoba menemui dan meminta maaf secara langsung pada Nana. Pria itu hanya berani lewat Chat dan Telpon yang jelas pasti tidak akan pernah di gubris oleh yang lebih manis.

Sebenarnya Nana hanya tidak tau saja Jeno ada disana mengawasi Nana saat pemuda itu berangkat dan pulang dari Nalesha's Cafe.

Jeno belum berani menemui Nana karena takut kekasih manisnya itu masih marah.

"Gue cuma mau ketemu sama Nana! Ada yang harus gue bicarain sama dia!"

Alis Nana bertaut saat ia mendengar suara familiar dari luar area dapur Cafe. Si manis menoleh kearah pintu, Ale baru saja masuk kedapur dengan raut wajah sedikit takut.

"Kak Nana."

"Kenapa Le? Siapa yang teriak-teriak di luar?"

"Itu kak ada orang, kalau gak salah namanya Sam. Dia maksa mau ketemu sama kakak tapi di larang sama Jio."

Lagi, Nana menghela nafasnya. Kali ini lebih terlihat lelah dengan keadaan.

Si manis sudah menduga. Sam pasti akan menemui dirinya menyangkut masalah dengan Neril.

Nana melirik pada Salah satu pekerja cafenya yang bertugas di dapur, Dian namanya.

"Dian tolong kamu lanjutkan potong dagingnya."

Puzzle Piece (DISCONTINUED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang