Menunggu Padam

48 7 0
                                    

Dekat, saling cinta, tapi tidak saling memberi tahu itu menyakitkan. Dekat, saling cinta, tapi tidak bisa bersatu itu jauh lebih menyakitkan.


Tak semestinya aku merasa terluka. Kau kau dan aku memang tercipta di dunia yang berbeda. Di waktu yang tak sama. Di keadaan yang tak seharusnya.

Meski salah satu dari kita berjuang hingga tubuh tak lagi kuat menopang, meski yang satunya lagi mencoba untuk tetap bertahan, kita memang tidak akan pernah bisa ada di dalam satu cerita.

Hingga kemudian aku disini sendiri.

Menangis tanpa air mata. Tertawa tanpa rasa bahagia. Seperti kehadiran lampu di jalan yang tak lagi menyala. Tak punya siapa-siapa. Menunggu mati, menunggu padam.

Pada akhirnya aku mengerti.

Pertemuan kita hanyalah anak-anak tangga untuk menemukan bahagia. Seperti prakata-prakata singkat, begitulah kita berdua.

Hanya dibatasi cinta, namun tak berhak berkata-kata.

Hanya di batas nyaman, namun tak boleh merangkai cerita bersama.

Hanya di batas saling tahu, namun tak kuasa memberitahu.

Hanya di batas sesaat  namun tak bisa untuk selamanya.

Hanya di batas dekat, namun tak berhak memeluk erat.

Hanya sebatas itu.

Sebatas kaca tipis di antara kita berdua.

Yang untuk memelukmu  aku harus memecahkannya dan melukai kita berdua.

Seharusnya aku tak seperti ini.
Tak semestinya aku merasa terluka.

Merayakan Kehilangan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang