Meniadakan Dengan Senyuman

179 10 0
                                    

Kau yang ambil paru-paruku. Kau juga yang bertanya kenapa aku tercekik kehabisan udara.

Aku sudah mencari di setiap kunci jawaban, di setiap kisi-kisi teka-teki silang, tentang pernyataan kenapa kita bisa sediam ini sekarang.

Kita duduk di satu meja yang sama, namun mata kita saling memandang lagi. Mulut kita tak saling bercengkrama lagi. Tawa kita tak setulus dulu lagi.

Seakan salah satu dari kita ingin cepat-cepat pulang sebelum ada yang mengawali pembicaraan, lalu kembali mengulang kesalahan yang sama; jatuh cinta.

Betapa kejamnya waktu sehingga kita menjadi seperti ini.

Seseorang yang dulu begitu dekat, kita harus saling terdiam dalam perasaan canggung dan tenggorokan yang sibuk mencari topik pembicaraan.

Aku tidak tahu kenapa pada akhirnya kita bisa seasing ini. Kau yang ingin cepat-cepat pulang, dan aku yang ingin Terus tinggal.

Sungguh, jarak terjauh bukanlah atau ratusan kilometer antara Surabaya dan Jakarta, melainkan dua hal yang berbeda keinginan, antara memilih bertahan atau memilih meninggalkan.

Aku mulai sadar Kau memang tak ingin menemuiku.

Hari ini mungkin kau hanya merasa tak enak dengan ajakanku.

Aku mengerti.

Tak perlu kau Jelaskan pun aku sudah tahu bahwa sedikit demi sedikit kau mulai mendorongku untuk menjauh pelan-pelan.

Aku sudah terbiasa ditinggal pergi begitu saja, bahkan oleh orang-orang yang aku sayang.

Namun untuk kali ini, aku sedikit terkejut ketika ku harus melepaskanmu. Seseorang yang dulu tak pernah sedikit pun kusangka akan kehilangannya secepat yang aku kira.

Merayakan Kehilangan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang