Dalam Lima Waktu Ku Pernah Ada Kamu

25 6 0
                                    

Berjuang untukmu, Lelahku tak jadi masalah.


Pernah jatuh dan mencintaimu, adalah salah satu doa yang dengan indahnya pernah Tuhan kabulkan. Sebuah doa dari ketika aku sama sekali belum mengenalmu. Hingga waktu kau perlahan pergi meninggalkanku.

Subuh;

Dalam gagah gempintanya pagi yang masih menyayangi malam. Matahari yang kerap enggan muncul dan menyinari ruang-ruang sempit jendela. Angin yang berkolaborasi dengan tetesan embun yang membuatnya semakin segar ketika menerpa wajah. Aku pernah terbangun; membasuh wajahku, dan bersujud di hadapan Tuhanku.

Apa kau sadar? Aku pernah menyelipkan namamu dalam doa subuhku. Tepat setelah doa akan sebuah syukur karena masih diizinkan menjumpai pagi dan menjumpai semua orang yang aku sayangi. Ada namun disitu kesebut pelan.

Berterima kasih karena sehingga hari ini, aku diizinkan sekali lagi melewati hari dengan orang-orang yang kusayangi. Dengan menutup permohonan untuk menjadikan hal ini lebih luar biasa bersama orang-orang yang aku sayangi (termasuk kau), dan menjauhkan aku dari masalah dan masalah dari aku; aku menutup doaku.

Dzuhur;

Kegembiraanku semakin hebat, karena matahari telah bersinar tepat diatas khatulistiwa dan segala tawa yang telah tertumpah dari pagi hingga siang hari menyapa. Aku kembali mengambil airku. Membasuh segala letih, dan mengusap segala debu yang menempel di sela-sela kaki.

Betapa bahagianya aku kalau itu, ketika pagi menuju siangku penuh dengan senyum orang-orang di sekitarku, dan tentunya juga dirimu di depan Tuhanku, aku kembali duduk bersimpuh. Berdoa menengadahkan tangan tentang sebuah rasa syukur karena aku masih mampu bahagia bersamamu.

Apa kau sadar? Aku pernah menyelipkan namamu dalam doa dzuhurku. Tepat setelah doa akan sebuah rasa terima kasih karena siang ini aku masih mampu untuk sehat dan memakan semua yang ingin aku makan. Ada namamu di situ tersebut pelan.

Aku berharap kebahagiaan yang kau timbulkan itu adalah kebahagiaan yang Tuhan tunjukan sebagai sebuah hadiah, bukan sebuah ujian. Aku meminta izin menyayangimu sebagai cara menyayangi seseorang yang diutus Tuhan untuk mendewasakan aku. Lantas dengan mengucap amin; kututup doaku.

Ashar;

Sebelum aku menyudahi segala aktivitasku dan mulai melangkah kaki pulang menuju rumah duniaku. Kusempatkan kewajibanku untuk berdoa ketika matahari mulai kembali malu menyiarkan segala sinar-sinarnya.

Aku menyuruhmu satu saf di belakangku. Mengikuti gerakanku di setiap mulutku berucap kalimat paling agung untuk memuji keagungan Tuhan kita. Dan saat kita tengah termasuk bersujud, kita sama-sama berdoa kepada Tuhan yang sama.

Apa kau sadar? Aku pernah menyelipkan namamu dalam doa asharku. Tepat setelah doa akan sebuah permohonan ampun atas segala dosa-dosa yang telah kulakukan ketika aku menjalani segala aktivitas siangku tadi. Berharap Tuhan masih berbaik hati mengampuni segala dosa yang sejatinya tak sengaja aku lakukan. Dan tanpa kamu sadari, ada namamu di situ kesebut pelan.

Hari ini aku akan menjalani sisa hariku bersamamu. Berjalan pelan menyusuri padatnya jalan; menikmati kemacetan yang seakan kita harapkan akan semakin lama mendekatkan kita. Dalam doaku, aku berharap Tuhan menjadikan senyummu ada untukku. Pegangan tanganmu semakin kerat memeluk jari jemariku. Kata sayangmu, kau ucapkan terakhir kepadaku setelah kepada Tuhan dan wakil Tuhanmu. Aku berharap, mencintaimu bukanlah sebuah keliru.

Maghrib;

Ketika senja benar-benar menelan segala keagungan matahari dengan cara menggantikan biru menjadi jingga, aku kembali kepada-nya. Ketika panggilan Tuhan bergema di seluruh jagat raya. Seakan para malaikat melebarkan sayapnya dan menyerukan kepada seluruh dunia akan betapa agungnya Tuhan kita; aku bersimpuh tak berdaya.

Dalam kemurahan 3 rokaat, aku berdoa menengadahkan tangan, mengucap syukur, mengucap terima kasih, dan mengucap permohonan ampun tanpa henti.

Apa kau sadar? Aku pernah menyelipkan namamu dalam doa maghribku. Tepat setelah doa akan sebuah rasa terima kasih karena Tuhan masih mengijinkan aku, orang tuaku, dan seluruh keluarga aku bertemu dengan maghrib hari ini. Ada nama kamu di situ kesebut pelan.

Aku berdoa kepada Tuhan semesta alam. Berdoa seandainya dirimu adalah seseorang yang baik bagiku, baik bagi agamaku, dan baik bagi masa depanku, maka aku memohon agar Tuhan senantiasa mendekatkan aku denganmu dan mendekatkanmu kepadaku. Lantas apa bila kau buruhk bagiku, buruk bagi agamaku, dan buruk bagi masa depan ku, maka aku mohon agar Tuhan menjauhkanku darimu dan menjauhkanmu dariku.

Isya;

Sebelum menutup malam dengan segudang aktivitas bersama keluarga. Aku sempatkan bersujud ke yang kelima kalinya. Menadahkan tangan berdoa atas segala puji dan syukur karena hari ini doa subuhku telah berhasil terkabulkan dan telah berhasil dijalani.

Apa kau sadar? Aku pernah menyelipkan namamu dalam doa Isyaku. Aku berterima kasih ada kamu dalam hidupku. Mendampingi aku, menjadikan alasan senyumku, mencintaiku, dan mengajariku menjadi aku yang baru. Dengan menadahkan tangan, aku berdoa; semoga esok hari kamu masih mendampingiku, menjadi alasan senyumku, mencintaiku, dan mengajari aku menjadi aku yang lebih baru.

Namun entah karena doa yang mana. Entah karena mungkin aku lupa atau bagaimana. Tak kusangka; esok hari semua doaku berubah.

Satu hal yang berhasil aku tahu. Doa isyaku terpaksa kuubah, karena Tuhan menjawab isi dari doa maghribku.

Merayakan Kehilangan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang