Terima Kasih Telah Mencintaiku

31 6 0
                                    

Terima kasih telah datang untukku. Terima kasih mau bertahan dan tidak pergi seperti yang lain. Hadirmu benar-benar membuatku lupa tentang luka. Sifatmu benar-benar mampu membuatku kembali percaya untuk jatuh cinta. Izinkan aku setia. Untukmu, aku bersedia.


Dicintaimu, aku tak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Tuhan. Menjadi seseorang yang paling kau pedulikan, menjadi seseorang yang paling kau cari ketika aku tak ada kabar, atau pun menjadi seseorang yang kau khawatirkan ketika aku harus berpergian tanpa didampingi oleh kau.

Sekalipun, aku tak pernah berpikir bahwa itu adalah gangguan. Mungkin aku yang terlalu bahagia, atau memang mungkin karena aku sudah terbiasa? Namun yang jelas tak ada sapaanmu suatu hari, aku benci.

Terima kasih telah mencintai ku.
Mencintai segala kekuranganku.
Peduli akan kehadiranku.
Dan menemaniku di setiap saat kau butuh.

Kau pernah jahat melarangku untuk berteman.
Namun, kau pernah baik karena teman yang kupilih bukanlah teman yang baik untukku.

Kau pernah jahat melarangku untuk bersenang-senang. Namun kau pernah baik karena itu akan menjerumuskanku.

Kau pernah jahat berbohong tentang beberapa hal padaku. Namun kau pernah baik karena itu baik untuk diriku.

Kau pernah jahat berkata jujur kepadaku, namun kau pernah baik karena kau tahu bahwa kebohongan akan melemahkanku.

Kau pernah jahat melarangku berpergian ketika aku butuh hiburan. Namun kau pernah baik dengan datang dan memelukku berdua. Mengajak berbicara dengan suara yang aku suka.

Kau pernah jahat ketika memaki-maki orang di sekitarku. Namun kau pernah baik karena kau tahu mereka menggoda aku.

Kau temanku satu-satunya.
Tempatku menceritakan keseharianku. Tempatku mencari bahagia ketika aku terluka.
Tempatku berbagi tawa karena aku tahu kau pasti mau mendengarkan.

Terima kasih telah mencintaiku.
Ditinggalkanmu, entah aku akan seperti apa;

Kau pernah menjadi mata aku ketika aku buta.
Kau pernah menjadi biru ketika tenggorokan tak mampu memaksa mulut untuk berbicara.
Kau pernah menjadi telingaku ketika aku menangis dan berusaha tak Mendengar. Kau pernah menjadi nafasku ketika aku terus sungguh-sungguh menangis karena keadaan.

Terima kasih telah mencintaiku.

Ada beberapa kenangan kecil tentangmu terlintas ketika aku membaca kembali tulisan ini. Sebegitu besarkah aku mencintaimu? Atau, sebegitu bahagianya aku dicintai olehmu?

Aku harap kau tak pernah bosan kepadaku. Menemani hari-hariku.

Aku tak perlu lebih. Dicintaimu, aku cukup.

Namun jika aku boleh meminta, aku punya satu permintaan, dan aku harap kau mau mengaminkan.
Maukah kau membacakan puisi ini untukku?
Nanti, di pernikahan kita.

Merayakan Kehilangan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang