Ꮯhᥲρtꫀɾ Ꭰᥙᥲ

11.7K 927 25
                                    

Memakai pakaian serba hitam, Atha keluar diam-diam untuk mencari korban selanjutnya di dini hari seperti ini.

Atha yakin, pasti di jam seperti ini ada seseorang yang masih berkeliaran tidak jelas.

Atha berjalan dengan santai, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. Lagian suasana memang sangat sepi.

Hahaha

Baru saja berjalan, Atha melihat seorang yang mencurigakan yang memakai kain penutup kepala. Sepertinya orang itu telah mencuri di salah satu kompleks perumahan dekat sini.

Baiklah orang itu target yang pas.
Atha akan melakukan kebaikan untuk menghilangkan pencuri itu dari dunia ini.

Atha berjalan mendekati pencuri itu setelah dekat Atha langsung menepuk bahu orang itu.
"Lo maling?" tanya Atha dengan suara agak serak.

Pencuri itu berbalik nampak kaget melihat Atha. Tapi ia tentu tidak takut. Atha hanya sendirian dan kelihatan masih muda. Lagian ia juga telah menyiapkan sebuah pisau yang sangat tajam untuk berjaga-jaga.

"Gue izin mau motong semua jari-jari lo," lanjut Atha berbicara dengan spontan.

Mendengarkan perkataannya Atha, pencuri ini dengan singgap mengambil pisau yang ia sembunyikan di balik celananya.

Tanpa aba-aba, pencuri itu langsung mengarahkan pisau tersebut ke perut Atha.

Atha yang melihat mengetahui itu, tentu langsung mengelak.

Sial. Pergelangan tangannya terkena oleh pisau dari pereman itu.

Atha mengepalkan kedua tangannya. Sekarang ia sangat marah.

Dengan ilmu bela diri yang ia kuasai, Atha meraih tangan pencuri itu dan mengambil pisau yang telah melukai pergelangan tangannya.

"Ampun, jangan laporin saya ke polisi. Saya tidak mau dipenjara!" ujar pencuri itu. Saat ini pergerakannya sudah dibatasi oleh Atha, sehingga ia tidak mempu melawan.

Atha tersenyum miring, rupanya pencuri itu tidak terlalu kuat untuk bisa melawannya. Atha memegang kedua tangan pencuri itu dengan tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya memegang sebuah pisau.

Atha berpikir sejenak. Rasanya ia ingin mencolok mata pencuri itu terlebih dahulu. Lalu menyayat kedua tangannya dan memotong jari-jarinya.

Ahh! Memikirkan nya saja membuat Atha bahagia.

Pencuri itu gemetaran. Ia ketakutan saat Atha mendekatkan sebuah pisau ke wajahnya.

"Jangan bunuh saya, saya mohon. Saya berjanji tidak akan mencuri lagi."

Dasar pencuri cengeng! Padahal Atha belum mencolok mata pencuri itu dengan pisau yang ia pegang. Tetapi sekarang ia sudah menangis gemetaran.

Dasar lemah!

Atha mengubah rencananya, ia menurunkan pisau menuju pergelangan tangan sang pencuri.

"Arghhhh!" Teriak kesakitan sang pencuri saat tangannya sudah mengeluarkan darah.

"Tolong!" Pencuri itu meminta tolong, awalnya ia takut berteriak minta tolong dari tadi karena khawatir ia sendiri yang akan dihakimi oleh warga karena kepergok mencuri.

"ATHA!"

Teriakan itu menghentikan aksi yang dilakukan Atha. Ia melepaskan pencuri itu.

Dengan tenaga yang masih tersisa pencuri itu melarikan diri seraya memegang pergelangan tangannya.

Atha berbalik.

Sial! Dia lagi-lagi ketahuan!

Padahal Atha belum saja mencapai puncaknya.

Tapi orang itu pasti memergokinya keluar rumah.

"Kakek sudah menduga kamu akan melakukan semua ini."

Dengan suara berwibawa, Kakek Gibran menginterogasi cucunya.

Setelah kejadian 12 tahun yang lalu, Atha tinggal dengan kakeknya---seorang mantan mafia besar di masa mudanya.

Kakek Gibran telah melakukan banyak pengobatan untuk Atha, tapi belum ada yang berhasil sampai saat ini.

Sudah milyaran biaya dikeluarkan. Sudah banyak spesialis yang mereka kunjungi. Sudah banyak negara yang menangani masalah cucunya. Tapi nyatanya Atha masih memiliki luka itu.

Kakek Gibran sama sekali tidak takut dengan Atha, ia tahu Atha menyayangi dirinya.

Atha tidak mengatakan apapun, ia tetap dengan ekspresi datarnya.

"Sekarang kita pulang! Kamu ingin cepat pindah kan? Dan ketemu dengan dia," lanjut Kakek Gibran mengingatkan Atha dengan seseorang yang ingin ia temui.

🔪🔪🔪

Pesawat yang membawa Atha dan kakeknya baru saja mendarat di ibukota.

Di kota ini, kenangan buruknya tercipta. Atha kembali ke sini hanya karena satu tujuan, ia ingin bertemu dengan orang itu.

Seseorang dari masa kecilnya. Atha yakin, sekali bertemu ia akan mengenalnya.

Mobil pribadi Kakek Gibran terlihat sudah menunggu. Beberapa pengawal langsung membawakan semua barang-barang milik Kakek Gibran dan Atha ke dalam bagasi mobil.

"Kamu yakin mau kembali ke rumah itu?" tanya Kakek Gibran. Rumah itu adalah rumah dimana semua trauma Atha di mulai.

Ada rasa takut dalam diri Kakek Gibran jika Atha tinggal di rumah itu, ia takut Atha semakin sulit melupakan semua kejadian 12 tahun yang lalu.

Atha mengangguk. Sosoknya memang jarang bicara apalagi dengan kakeknya. Ia kembali ke rumah itu agar bisa bertemu seseorang.

Kakek Gibran kembali setuju apa yang diinginkan cucunya. Mungkin ini memang yang terbaik untuk Atha.

"Kakek sudah berhasil nemuin informasi tentang dia. Seperti yang kamu tahu, dia memang masih tinggal di sana. Dia sekarang kelas XII di SMA Permata. Kakek berencana untuk melanjutkan sekolah kamu di sana, Kakek bakal ngatur supaya kalian sekelas."

Atha mengangguk sekali lagi. Bibirnya membentuk senyuman kecil.

Dia apakah masih mengingat Atha?

Bagaimana tampilan nya sekarang?

Apakah dia masih seperti dahulu?

Baiklah Atha akan kembali melanjutkan sekolahnya.

Seharusnya tahun ini, Atha memasuki kuliah semester 3. Tapi pendidikan Atha sempat terhenti.

Tidak peduli, sekarang Atha menunggu bertemu dengan dia.

.
.
.


Tbc

Jangan lupa share cerita ini ke teman-teman/akun medsos kamu ><

Psikopat & Muslimah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang