Ꮯhᥲρtꫀɾ Ꮮเꪑᥲ

8.8K 748 28
                                    

Jangan lupa buat vote sebelum membaca ><

🔪🔪🔪

Di kelas XII IPA 1 ada tiga orang yang menggunakan hijab dan salah satunya itu tentu Adiba. Dua orang lagi ada di belakang mejanya.

"Diba, tadi pas si anak baru itu senyum, kok gue ngerasa dia senyumin gue yaa. Arah matanya itu lho menuju ke sini." Itu suara dari Meysa--teman sebangkunya Adiba.

Gadis berambut sebahu itu terlihat yakin dengan apa yang diceritakan. Adiba dan Meysa memiliki keyakinan yang berbeda, namun mereka tidak mempermasalahkan itu. Mereka berdua bersahabat sejak kelas XI.

Adiba senang bersahabat dengan gadis itu, karena mereka berdua sefrekuensi dan memiliki selera humor yang sama.

Adiba berpikir mungkin perkataan Meysa itu benar, mungkin pria itu melihat ke arah Meysa bukan dirinya.

Adiba terkekeh terlebih dahulu.
"Jadi orang jangan kepedean Meysa, kali aja dia ternyata liatin gue, gimana? Gimana?" ujarnya.

Sudah ku bilang Adiba bukan tipe orang yang polos. Apalagi dengan sahabatnya. Gadis itu biasanya berbicara blak-blakan tapi tentu selalu dengan candaannya.

"Eh kata-kata lo ada benarnya juga, bola mata cowok itu gak ke arah gue. Mungkin dia liatin lo. Cieee Adiba," balas Meysa.

Ini kenapa malah Meysa berkata seperti itu. Kan dirinya sekarang kembali GR.

"Ih apaan sih Mey, gue tadi cuman bercanda. Mungkin dia beneran liatin lo," ujarnya. "Ih kenapa kita malah bahas tentang murid baru itu sih, udahlah lanjutin catatan aja."

🔪🔪🔪

Bel keluar main baru saja berbunyi. Sedangkan Atha masih terus memperhatikan Adiba dari bangkunya. Atha duduk di paling belakang bersama Jeno. Ia sama sekali tidak mendengarkan penjelasan guru yang mengajar tadi, pikiran pria itu dipenuhi oleh bagaimana agar ia dan Adiba bisa dekat.

Atha mengepalkan tangannya ketika melihat seorang pria yang dari kelas lain menghampiri Adiba. Sepertinya pria itu menyukai Adiba.

Atha berdiri dari kursinya menuju Adiba yang saat ini berbicara dengan pria itu.

"Hai?" sapa Atha untuk pertama kalinya kepada Adiba. Mengapa sekarang ia nampak canggung.

Adiba mendongak melihat Atha yang berdiri.

"Ada apa?" tanyanya pada murid baru.

"Tunggu-tunggu kok gue baru liat lo dikelas ini. Lo murid baru ya?" Itu suara dari pria yang menghampirinya Adiba tadi. Atha membaca name take pria itu, Gilang Askara.

Atha tidak menjawab pertanyaan Gilang, ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Atha melihat ke arah Adiba.
"Lo bisa nunjukin gue letak kantin gak?" tanya Atha.

"Eit bro. Tunggu-tunggu. Dari sekian orang yang masih berada di kelas kenapa lo malah minta tolong ke Adiba. Lo jangan coba tepe-tepe sama dia. Dia itu inshaallah calon istri gue," Gilang menyauti perkataan Atha, ia cemburu.

Atha tidak suka mendengar itu. Sialan! Dia bilang calon istri! Tidak ada yang bisa mengambil Adiba dari dirinya. Baiklah sepertinya pria itu sudah bosan hidup.

Psikopat & Muslimah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang