Ꮯhᥲρtꫀɾ Ꭲเgᥲ

10.5K 853 17
                                    

Seorang gadis nampak tertawa dengan seorang anak kecil yang mungkin adalah adiknya. Gadis itu menggunakan hijab menutupi dada tapi nampak sesuai umurnya dan menambah kesan kecantikan gadis itu.

"Rupanya sekarang dia terlihat, terlihat agamis," gumam Atha.

Atha yang berada di dalam mobil tersenyum ketika melihat gadis itu. Walaupun ia melihat dengan jarak yang cukup jauh, tapi ia bisa mengenali gadis itu.

Bisa dibilang mereka masih tetanggaan. Hanya saja sekarang rumah mereka terpisah oleh 2 perumahan besar.

"Aku ingin menghampiri dia," ujar Atha.

"Jangan terlalu terburu-buru Atha. Belum saatnya, tunggu saja sampai besok." Kakek Gibran membalas perkataan Atha seraya menepuk pelan bahu cucunya tersebut.

"Jalan Pak." Lanjut Kakek Atha memerintahkan sopir pribadinya.

Ingatan kejadian 12 tahun yang lalu kembali terlintas saat Atha memasuki rumahnya.

Sebenarnya rumah itu pernah dirobohkan hingga tidak ada satu pun yang tersisa, namun sejak beberapa bulan lalu kembali lagi dibangun perumahan yang lebih besar dan tentu sangat berbeda dengan rumah sebelumnya.

Berbeda tapi masih di tempat yang sama. Di atas tanah yang sama. Sial! Mengapa adegan sialan itu malah terlihat jelas sekarang.

Kakek Gibran menepuk pundak Atha.
"Jangan terus diingat, sebaiknya alihkan pikiran kamu dari hal itu. Lebih baik kamu memikirkan pertemuan mu dengan gadis itu," ucap Kakek Gibran berusaha mengalihkan pikiran Atha. Ia yakin membicarakan gadis itu membuat Atha tidak terlalu tertekan memikirkan masa kecilnya.

🔪🔪🔪

Matanya terpejam, namun ia belum terlelap dalam tidurnya. Otaknya di penuhi pikiran tentang gadis itu. Atha tidak bisa menunggu sampai besok.

Atha membuka matanya dan segera mengambil handphonenya, tertera pukul 00.53.

Pria itu mengambil jaket hitam lalu mengenakannya. Ia berjalan ke arah jendela. Tidak mungkin ia keluar rumah melewati pintu depan. Karena kakeknya pasti mengetahui itu.

Suasana terbilang cukup sepi, mungkin semua orang sedang berada di dunia mimpinya.

Atha mempercepat langkahnya, ia tidak sabar melihat gadis itu.

Dulu waktu kecil, Atha tidak suka gadis itu selalu mengikutinya.

Dulu Atha tidak suka dengan tingkah gadis itu.

Tapi setelah sekian lama tidak bertemu, Atha selalu memimpi-mimpikan dia. Atha merindukan gadis itu. Gadis yang selalu ada untuk dirinya di masa kecilnya.

Atha memperhatikan sebuah rumah bernuansa klasik modern berlantai dua. Cukup besar dan indah. Dulu Atha ingat sekali bahwa rumah itu sangat sederhana dan tidak ada lantai atas. Tapi sekarang sangat jauh berbeda dengan dulu.

Atha menebak, seorang gadis biasanya tidur di lantai atas.
Ia memperhatikan rumah itu, berpikir cara agar dirinya dapat mudah masuk melalui balkon.

"TOLONG ADA MALING DISINI!!"

"ADA MALING! TOLONG!"

Psikopat & Muslimah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang