Ꮯhᥲρtꫀɾ Ꮮเꪑᥲ ᖯꫀᥣᥲ᥉

3.6K 275 9
                                    

JAUHIN ATHA

ATAU

MATI!!!

Begitulah tulisan yang dibaca oleh Adiba pada kertas origami yang ditemukannya. Adiba bertanya-tanya siapakah orang dibalik itu semua. Sejak Atha masuk ke dalam hidupnya begitu banyak hal misterius yang terjadi.

Seharusnya ia tidak perlu peduli pada kertas origami tersebut, tetapi sejak mengenal siapa Atha sebenarnya, Adiba menjadi takut. Ia takut ternyata di sekolah ini ada seseorang yang juga berbahaya seperti Atha. Atau mungkin lebih berbahaya?

Adiba menggeleng keras. Apa yang tadi ia pikirkan? Ia tidak boleh memikirkan hal-hal seperti itu. Atha saja sudah sangat merepotkan dirinya. Apalagi jika ada... Ah sudahlah! Ia tidak boleh memikirkan hal seperti itu lagi.

"Adiba lo gak kenapa-napa 'kan?" Meysa berlari mendekati Adiba yang baru saja keluar dari toilet.

Gadis itu memutar-mutar tubuh sahabatnya.

"Gue gak kenapa-napa, Meysa!" tegas Adiba.

"Ini lengan lo berdarah, Adiba. Biar gue obatin. Kita ke UKS sekarang!" ujar Meysa.

"Biar gue aja yang anter Adiba ke UKS," sahut Akhtar yang tiba-tiba saja muncul diantara mereka berdua. Pria itu lalu menatap lekat ke arah Adiba. "Adiba, gue anter lo ke UKS. Ada yang mau gue sampein. Ini penting," ujarnya, wajahnya jelas terlihat panik.

"Cieee Akhtar, kayaknya lo khawatir banget ya sama Adiba. Udah kita bertiga aja ke UKS. Gue juga pengen ngobatin Adiba," balas Meysa.

"Adiba, kamu gak papa 'kan? Aku khawatir banget sama kamu, aku dengar...."

"Lepasin!" Akhtar melepaskan tangan Atha yang tiba-tiba saja menggenggam tangan Adiba. Atha tiba-tiba saja datang ke arah mereka bertiga, tepatnya ke arah Adiba. Pria itu juga terlihat khawatir.

"Lo jangan ikut campur!" ujar Atha tajam kepada Akhtar. Pria itu kembali menatap Adiba.
"Adiba..."

Adiba langsung menjauh dari Atha saat pria itu ingin menggenggam tangannya lagi.

Atha yang paham akan situasi Adiba pun merasa jadi tidak enak.
"Okey, maaf Adiba karena aku tiba-tiba aja megang tangan kamu, aku cuman ngerasa khawatir," ujarnya.

"Meysa, kita ke UKS sekarang!" ujar Adiba segera menarik tangan Meysa.

"Aku temenin!"

"Gue temenin!"

Atha dan Akhtar berujar serentak. Mereka berdua kembali saling beradu tatap.

"Kalian berdua jangan ikut! Gue butuh waktu berdua sama Meysa," tegas Adiba tanpa melihat ke arah Atha dan Akhtar.

"Gue mau ngomong penting sama lo Ihan! Perihal kejadian tadi," teriak Akhtar tanpa dibalas oleh Adiba.

"Hal penting apa?" tanya Atha reflek kepada Akhtar.

"Kepo!" balas Akhtar datar lalu meninggalkan Atha yang saat ini sedang mengepalkan tangannya.
Yang jelas Akhtar tau, jika Atha penasaran mengenai apa yang akan ia katakan pada Adiba. Sepertinya Atha juga memiliki perasaan yang sama pada Adiba.

Psikopat & Muslimah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang