Epilog

372 19 3
                                    

Mobil ferari merah melaju membelah padatnya kota jakarta pada sore hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil ferari merah melaju membelah padatnya kota jakarta pada sore hari.

Membawa mereka ke sebuah taman dengan air mancur dan begitu banyak bunga menghiasi pinggiran taman tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membawa mereka ke sebuah taman dengan air mancur dan begitu banyak bunga menghiasi pinggiran taman tersebut. Begitu bersih indah dan terawat. 

Lesha mengenali semua ini, ralat Shely mengenali semua ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lesha mengenali semua ini, ralat Shely mengenali semua ini.

Mobil melaju mendekati taman. Terasa sangat menyesakkan. Keringat bercucuran. Kinerja jantung Lesha berdetak sangat cepat. Dia tidak suka kesini. Dia tidak ingin kesini. Telapak tangannya terkepal, kepanikan mulai terlihat diwajah cantik gadis itu. Ini tidak masuk akal, menyesakkan. Kenapa Arshal membawanya kesini?
Ia tidak suka berada disini.

"Ayo turun" ajak Arshal sembari membuka pintu mobil Lesha.

Lesha menggeleng, menolak untuk turun. Ia tidak mau kesini, apalagi masuk kearena taman itu. "Katanya kau mau mengajakku ketaman. Aku nggak mau kesini"

"Ini taman Lesha"

Lesha menggeleng cepat "Nggak ini bukan taman. Ini seperti neraka buatku" Air mata Lesha jatuh. Bayang-bayangan kejadian dua tahun yang lalu kini memenuhi pikiran Lesha. Apalagi dulu wajahnya sangat menyeramkan, tidak layak disebut sebagai manusia. Wajahnya yang hancur, seperti monster.

"Shely" ujar Arshal lalu menarik Lesha dalam pelukan.

"Aku ada disini. Jangan terus menghindari masa lalu. Tapi, belajarlah buat menerima semuanya. Apa yang terjadi sudah terjadi. Kumohon berhentilah merasa takut" ujar Arshal sambil menatap Lesha. Nada bicaranya menyiratkan begitu banyak kekhawatiran.

"Aku takut Shal, takut. Bayangan kejadian 2 tahun lalu masih teringat betul dipikiranku." Lesha melepas pelukan Arshal "Kenapa alasan aku berusaha menghapus nama Shely dan mengganti nama menjadi Lesha? Karena memang sudah tidak ada lagi yang perlu diingat, semua harus dilupakan. Tidak ada hal yang berharga yang dimiliki Shely"

"Aku—Arshal sangat berharga buatmu. Aku disini, selalu bersamamu. Aku tidak akan membiarkanmu sendirian lagi. Aku berjanji" ujar Arshal "Aku mencintaimu Shely. Mencintaimu"

Lesha benci Shely.. Ia benci Shely yang diperbudak oleh embel-embel kata Sahabat oleh Jovanka.

"Aku tidak pantas dicintai olehmu begitu dalam" ujar Lesha.

"Tidak ada yang tidak pantas. Kau dan aku. Kita saling mencintai. Kita juga akan selalu melengkapi satu sama lain." ujar Arshal "Ayo"

Arshal menuntun Lesha turun dari mobil. Arshal juga terus menggenggam jari-jari Lesha ketika mereka mulai memasuki arena taman.

Matahari sudah terbenam. Lesha berusaha mengusir semua pemikiran yang akan membawanya berlari menjauhi taman. Dia mengamati tangannya yang diapit oleh tangan Arshal. Ya, dia butuh ini—butuh sosok Arshal sebagai pelindung sekaligus penjaganya.

Melihat Arshal yang berjalan beriringan disampingnya ia mengingat kejadian kemarin. Saat Elvan melarangnya untuk pergi.

"Kamu bohong sama kakak dek. Lihat air mata kamu yang bahkan tak mau berhenti. Biar kakak yang pergi. Cinta sejati kamu akan menjemputmu. Percaya sama kakak" ujar Elvan sambil jemarinya menghapus air mata Lesha.

"Arshal nggak bakal jemput Lesha kak" ujar Lesha membantah perkataan Elvan.

"Dia sudah jemput kamu. Lihat lelaki itu." tunjuk Elvan pada sosok lelaki yang hendak berbalik meninggalkan bandara.

"Arshal" gumam Lesha seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"Pergilah"

"Tapi, mamahLesha takut kalau mamah marah"

"Nanti kakak yang bakal jelasin ke mamah." ujar Elvan "Jemput dia, sebelum kamu menyesal karna memilih pergi bersama kakak"

"Makasih kak." ujar Lesha sambil memeluk Arshal "Lesha sayang kakak"

Danial Arshalan Putra Shahreza. Lelaki yang sangat Lesha cintai, sekarang kembali kepadanya.

Ternyata, takdir tuhan masih berpihak kepadanya. Mungkin butuh usaha dan kesabaran untuk melalui itu semua.

Terimakasih tuhan
Engkau telah mengembalikan bahagiaku
Mengembalikan Arshalku
Terimakasih karna takdirmu
Kembali mempersatukan kami
Mempersatukan dua orang yang telah lama kau pisahkan


***

Nettled (Altschmerz)
22 Mei 2020
Fanilar

Nettled (Altschmerz)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang