8~Challenge [Edited]

1.7K 187 24
                                    

Edited

Bolehkah aku merebutnya dari Jennette?

***

"Tuan Putri?"

Felix memanggilku, di saat bersamaan belaian tangan papa berhenti. Aku menatap Felix yang balas menatapku dengan ekspresi panik. Aku pun mengalihkan pandanganku pada papa, dia juga berekspresi panik meskipun hanya sekilas dan hanya tampak seperti menautkan kedua alisnya.

Kenapa kalian memasang wajah seperti? Ada yang salah denganku? Aku mengangkat tanganku dan meletakkannya di pipi. Sekarang aku tahu kenapa mereka membuat ekspresi wajah khawatir.

Ternyata aku nenangis.

"Tuan Putri kenapa menangis?"

Felix semakin panik dan khawatir saat air mataku kian derasnya. Aku mengusap air mataku dengan paksa, berharap mereka berhenti mengalir. Tapi percuma saja, malah semakin deras.

"A-Athy –––hiks—–juga ti-dak ––hiks—ta-hu," aku mulai terisak, "Athy ha-hanya —hiks— merasa se-senang."

Aku mengusap mataku lagi, kali ini dengan lengan tanganku. Aku tak tahu kapan papa memindahkanku, karena saat ini aku sudah duduk di atas meja dan berhadap-hadapan dengannya.

Aku tidak berani menatap wajahnya juga tidak peduli apa ekspresi wajah yang dia tunjukkannya saat ini. Aku hanya ingin menangis. Luapan emosi ini membuat dadaku sakit.

Untuk pertama kalinya aku merasakan yang namanya kehangatan orang tua. Meskipun Claude bukanlah ayahku, melainkan ayahnya Athanasia, aku ingin menganggapnya sebagai ayahku sendiri.

Apakah ini yang Athanasia inginkan dari ayahnya? Apakah kehangatan ini yang Athanasia impi-impikan?

Harusnya aku tak mengatai Athanasia itu naif karena menginginkan kasih sayang orang tua. Aku berkata seperti karena tidak tahu apa itu kasih sayang.

Maafkan aku, Athanasia. Maaf karena mengataimu naif. Aku sekarang tahu kenapa kau menginginkan kasih sayang ayahmu. Karena kasih sayang mereka terasa sangat hangat.

***

Malam harinya

Singkat cerita, aku kelelahan setelah setengah jam menangis tanpa henti. Dari cerita Felix pada Lily, –dan aku kebetulan mendengarnya– papa menyuruh Felix untuk mengantarkanku pulang untuk istirahat. Besok pagi, papa ingin bertemu denganku di taman Istana Garnet untuk minum teh.

Aku hanya membenamkan kepalaku di bawah bantal dan pura-pura tidur saat Lily bertanya padaku, tak ingin menjawab apapun. Aku juga tidak tahu kenapa saat itu menangis. Padahal Lily sering membelai kepalaku, bahkan lebih lembut dari yang papa lakukan.

Kalau kata Lily —saat berbicara dengan Felix—, aku merindukan papa. Sejak lahir, aku—Athanasia—tidak pernah bertemu dengan papa. Jadi ikatan batin antara anak dan ayah yang kumiliki, membuatku bereaksi seperti itu.

Setelah Felix undur diri dan kembali ke Istana Garnet, aku melanjutkan aksi pura-pura tidurku. Tetapi, Lily tahu dan mengajukan pertanyaan padaku. Aku hanya mendengarkannya dan tidak menyahut. Pada akhirnya Lily menyerah dan menyanyikan lulaby untukku.

"Tidur lah tidur~

Bulan tersenyum~

Sampai jumpa hari ini~

Anak kecil melihat bintang dan tertawa~

Besok akan datang pagi yang lebih bersinar~

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang