~~1%~~

1K 142 201
                                    

Aku cuma mau bilang, maaf kalau ceritanya mulai ngebosenin. Aku sadar, kok. Bahkan di rumah juga ada yang bilang. Aku nggak pandai membangun sebuah alur. Terlalu berbelit-belit dan berputar-putar.

.
.
.

Time skip - satu minggu kemudian

"Apa Lucas sudah pulang?"

Itulah hal pertama yang ku tanyakan saat melihat Felix memasuki kamar ku.

"Em ... belum, Tuan Putri," jawab Felix menutup pintu.

Felix menghampiri aku dan Lily yang duduk di sofa. Aku yang mendengar penuturan Felix hanya menghela napas pelan.

Ini sudah siang dan belum ada kabar dari Lucas sama sekali. Penyihir menara tidak dapat, Istana Sapphire tidak dapat, dan papa juga tidak dapat. Apa Lucas baru pulang nanti malam? Apa dia sengaja mau memberi ku kejutan?

"-an Putri?"

"Ya?" aku tersadar karena panggilan Lily dan Felix

"Bagaimana kalau kita menunggu di kamar Tuan Lucas?" usul Lily.

Kamar Lucas? Boleh saja. Lebih baik aku menunggu di sana. Aku yakin dia juga pasti akan mengunjungi kamarnya.

"Ayo," ucap ku pelan dan beranjak dari sofa.

Dengan langkah tanpa tenaga, aku memimpin jalan menuju Istana Sapphire. Semoga Lucas segera pulang. Aku galau karena dia tidak ada di istana.

***

"Apa Lucas sudah pulang?" aku kembali menanyakan itu. Kali ini kepada Seth yang datang membawa meja saji bersamanya.

"Maaf, Tuan Putri. Tuan Lucas belum pulang," ucap Seth pelan.

"Oh," ucap ku pelan dan kembali menatap buku di pangkuan ku. Hari semakin sore. Lucas ke mana? Aku lelah harus menunggu mu.

"Mungkinkah beliau di menara?" Seth bertanya sambil menuangkan teh.

"Tidak mungkin Seth. Kalau Tuan Lucas ada di menara, salah satu penyihir akan menghampiri Tuan Putri," Lily menjawab pertanyaan Seth.

Benar ucapan Lily. Tepat setelah Lucas pergi ke Siadona, aku dan Lily menuju menara untuk meminta tolong. Hanya minta tolong diberi tahu jika Lucas ada di menara. Hanya itu.

Kakek Evan, pemimpin di Menara Hitam, sudah berjanji akan mengirim satu penyihir jika Lucas ada di menara. Tapi sampai sekarang, belum ada penyihir yang datang. Artinya Lucas benar-benar belum pulang.

TOK! TOK! TOK!

Terdengar suara ketukan pintu. Tepat setelahnya, seseorang bersurai hitam muncul. Bukan. Bukan Lucas, itu Paman Anas.

"Tuan Putri," panggilnya pelan.

"Siang, Paman," ucap ku dengan senyum tipis.

"Anda sudah makan siang?" Paman Anas menghampiri ku.

Lily dan Seth yang awalnya duduk di sofa langsung berdiri, mempersilakan Paman Anas duduk di sebelah ku. Mereka memposisikan diri di sebelah Felix dan bersikap layaknya pelayan profesional. Meskipun mereka sebenarnya pelayan profesional.

Selama tujuh hari ini, hubungan ku dengan paman semakin baik. Hubungan papa dan Paman Anas juga membaik, meskipun tiap hari ada saja pertikaian. Sekarang, Paman Anas sering menemui ku, menggantikan papa, untuk menghibur ku saat sedang galau.

"Belum," jawab ku pelan pada pertanyaan Paman Anas.

"Ha? Belum?" Paman Anas melirik Lily dan Seth, memberi tanda untuk menyiapkan makan.

Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang