"Oh, lihat Lucas!" aku berseru senang.
Lucas menoleh dan mendekati ku. Wajahnya menunjukkan ekspresi seolah berkata 'apa?'. Aku menunjukkan sepiring kue kering padanya. Ini kue favorit kami. Biasanya di pesta seperti ini jarang ada kue seperti ini, apa papa yang memintanya?
"Kue buatan Lily?" dia bertanya.
"Iya," aku mengambil satu dan menyuruhnya membuka mulut.
Dia tampak berpikir sejenak dan membuka mulutnya. Ku suapi dia kemudian melakukan hal yang sama pada diri ku sendiri.
Entah kenapa, aku merasa diperhatikan. Aku melirik ke belakang dan benar saja, para bangsawan menatap kami sambil tersenyum. Ada yang salah?
"Lagi," ucap Lucas membuka mulutnya.
Aku mengangguk dan menyuapinya. Kami menghabiskan sepiring kue dengan tatapan terhibur dari para bangsawan. Tiba-tiba aku merasa tenggorokan ku kering dan ingin mengambil minum. Namun, Lucas menghentikan ku dan menyuruh ku diam di tempat. Alasannya, dia takut aku malah mengambil minuman beralkohol, terutama Vodka.
Tapi ya, ini sudah sepuluh menit dan Lucas belum kembali. Kemana dia itu? Dia kan bertugas untuk menjaga ku. Selama sepuluh menit Lucas pergi, ada banyak laki-laki yang mencoba mendekat!
Aku menghela napas dan menatap sekeliling. Senyum mengembang tak kala aku melihat seseorang berambut hitam dan mata merah ruby berdiri tak terlalu jauh dari tempat ku berdiri. Namun, sedetik kemudian senyum ku runtuh. Lucas memang ada di sana, aku tak salah orang, tapi dia dikerumuni oleh gadis-gadis bangsawan yang lain. Dan di antara gadis-gadis itu, ada Jennette!
NYUUT!
Aku kesal, tapi karena apa? Apa karena Lucas membuat ku menunggu? Atau karena gadis-gadis yang mengerumuni Lucas? Atau karena Jennette ada di sana?
Aku mengerutkan dahi dan mengalihkan pandangan. Masa bodoh! Aku tidak tahu, tapi aku kesal!
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Nyonya Lazzer menyuruh ku bersosialisasi. Hm, langkah pertama apa?
Tepat saat aku memikirkan hal itu, beberapa bangsawan datang untuk menyapa ku. Kebanyakan dari mereka berusia dua puluh tahun ke atas. Aku awalnya agak takut, tapi akhirnya terbiasa. Kira-kira Nyonya Lazzer melihat ini tidak ya?
Ketika mereka semua selesai berbicara dengan ku dan memutuskan untuk menemui papa, sinyal bahaya ku berbunyi. Aku menatap sekeliling, tidak ada apa-apa. Namun ketika ku lagi, ketemulah bahayanya. Izekiel! Dia sedang berjalan ke arah ku!
Harus kabur!
"Selamat malam, Tuan Putri."
Terlambat! Izekiel sudah ada di hadapan ku. Dia membungkuk hormat. Ku balas salamnya itu. Dia tersenyum dan aku juga tersenyum (kikuk).
"Senang bisa bertemu dengan mu, Izekiel. Bagaimana kabar mu?"
Ayo! Basa-basi dan kabur!
"Baik, Tuan Putri," dia diam sejenak, "saya tidak menyangka kalau teman bicara Anda adalah penyihir kerajaan."
Ha? Apa ini? Kau iri, kecewa, atau mengejek? Entah kenapa aku tambah kesal!
"Ada yang salah?" aku menaikkan sebelah alis.
"Tidak ada, Tuan Putri."
"Baguslah."
Kami diam. Lagu dansa yang entah keberapa itu, selesai. Perasaan ku tidak enak. Jangan bilang Izekiel kemari ingin-
"Maukah Anda berdansa dengan saya?" Izekiel mengulurkan tangannya.
TUH KAH, BENAR!
Bagaimana ini? Aku tidak mau! Dia harusnya berdansa dengan Jennette bukan? Kemana si Jenn-
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]
Fiksi Penggemar*HANYA SEBUAH FANFICTION* *Kalau Kalian suka WMMAP, baca aja. Saran dan kritik boleh.* . . . Seorang gadis bereinkarnasi dalam dunia novel yang ia baca. Namun bukannya senang, ia malah sedih karena bereinkarnasi menjadi seorang tokoh yang akan mati...