"Papa!"
"Hm?"
"Sebentar lagi ulang tahun papa, bukan? Apa ada sesuatu yang papa inginkan?" aku tersenyum, "mungkin tidak semuanya bisa sih, tapi Athy akan berusaha."
Papa menaikkan sebelah alisnya. Dia meletakkan cangkir tehnya dan menyeringai. "Kau mulai kehabisan ide untuk memberi ku hadiah?"
GLEG!
BENAR SEKALI!
"Ah, sebenarnya Athy sudah menemukan hadiahnya, tapi Athy rasa itu kurang jadi Athy bertanya pada papa."
Ayo, jawab saja! Jangan bertanya macam-macam lagi! Aku bingung sekali saat ini!
"Dansa."
"Iya?" apa tadi?
"Berdansalah dengan ku di pesta besok," ucapnya mengalihkan pandangan.
Apa papa suka berdansa dengan ku? Aku menginjak kaki nya saat pertama kali berdansa, lho. Tapi, ya sudahlah.
"Baik, Athy akan berdansa dengan papa!" seru ku sambil tersenyum.
Papa mengangguk pelan dan menyeruput tehnya. "Apa Kau sudah memesan gaun untuk pesta?"
"Belum."
"Bagus. Tidak usah pesan. Gaun mu akan tiba sehari sebelum pesta," papa bertompang dagu.
Aku mengangguk. Apa itu artinya, papa sudah memesankan gaun untuk ku? Hm? Anggap saja sudah.
Bicara soal gaun, sepertinya lemari ku hampir penuh lagi. Papa dan Lucas tidak pernah berhenti mengirimi ku gaun. Pada akhirnya, aku juga berhenti membeli gaun sendiri. Setiap hari gaun yang ku pakai, kalau bukan hadiah dari papa ya dari Lucas.
Aku jadi berpikir. Kalau Jennette tinggal di istana, dia akan meminta gaun ku tidak ya? Sifat Jennette yang mau menang sendiri itu membuat ku pusing.
Ku buyarkan lamunan ku dan menatap ke luar jendela. Pagi ini langitnya sangat cerah. Jalan-jalan di awan sepertinya seru.
SYUUK!
He? Apa aku berpindah tempat? di mana ini?
SWOOOSH!
Angin kencang menerpa ku dari bawah. Aku menunduk dan membeku. Secara logika, angin tidak akan bertiup ke atas kecuali kita terjatuh. Dan ya, sekarang ini-
-AKU TERJATUH DARI LANGIT!
"PAPA!" aku berteriak.
Bagaimana aku bisa sampai ke sini! Aku hanya memikirkan soal langit dan awan! Bagaimana bisa? Bukan itu yang penting! Aku sebentar lagi menghantam tanah!
"AAAA!"
"TUAN PUTRI!" Felix berteriak panik.
"PANGGIL BOCAH ITU!" Papa juga panik.
"AAAA! PAPA!"
Seratus meter lagi!
Aku menutup mata ku dengan kedua tangan dan berputar. Setidaknya biarkan tubuh belakang ku yang menghantam tanah, jangan tubuh depan!
SYUUK!
GREP!
Rasanya aku berhenti jatuh. Apa aku sudah menghantam tanah? Kenapa rasanya tidak sakit? Aku membuka mata ku dan mengintip dari celah-celah jari ku. Rambut hitam dan mata merah ruby.
"Lucas?" panggil ku pelan.
TAP!
Aku menurunkan tangan ku bersamaan dengan Lucas yang menapak tanah. Apa Lucas menyelamatkan ku barusan? Dia baru saja menyelamatkan ku kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance (WMMAP FANFIC) || S1✓ [REVISI]
Fiksi Penggemar*HANYA SEBUAH FANFICTION* *Kalau Kalian suka WMMAP, baca aja. Saran dan kritik boleh.* . . . Seorang gadis bereinkarnasi dalam dunia novel yang ia baca. Namun bukannya senang, ia malah sedih karena bereinkarnasi menjadi seorang tokoh yang akan mati...